Kembali Hening

:SeuLanga

dan kita kembali pada hening masing-masing;
tak ada kata-kata, tanpa suara kita menjadi asing
seperti sepi yang mengurung
diri di pori-pori kulit yang merinding

(STAR 885. Aydınlıkevler, 24072014, 20.59)

Secarik Surat Untukmu (15)

setidaknya kita sempat bertukar kabar lewat surat
sehingga aku mampu memandang matamu melalui mata kata; mata yang lihai berbicara

jangan salahkan ia yang ingin berlama-lama menatap matamu
sebab aku ingin menangkap basah kisah lalu yang tak terucapkan dengan bahasa tanganmu.

mata menyimpan jutaan kenangan, mungkin lebih,
pasti lebih banyak dari pikiran yang meruang sebagai gudang ingatan itu.

(STAR 873. Aydınlıkevler, 21062014, 14.03)

Cukup Satu Kata Saja untuk Merindukanmu

:SeuLanga

kata-kata suka mengusikku ketika aku ingin sendirian merindukanmu

kata-kata tak ingin sendirian merindukanmu

kata yang satu merindukanmu bersama kata kedua dan beberapa lain kata, kata-kata lainnya juga merindukanmu seperti itu

kata-kata yang merindukanmu beramai-ramai itu ingin menjadi serangkai kalimat yang memikat dan membuatmu tersipu malu

kata-kata merindukanmu dengan sederhana; dengan menjadi sebuah puisi dari diriku

kata-kata suka mengusikku ketika aku ingin sendirian merindukanmu padahal aku tak perlu banyak kata untuk berkata rindu,

cukup satu kata saja; namamu

(STAR 863. Aydınlıkevler, 27052014, 23.54)

DuaPuluhEnam Januari

Aku ingin menulis sepucuk surat kepada sahabat. Entah kenapa, aku berhasrat mengirim sejumlah kata untuknya. Kata-kata yang mungkin pernah salah memilih kasih tapi selalu pasrah memilah rindu yang sama.

Akhir-akhir ini aku pandai bermain kata hanya untuk menyampaikan hal-hal sepele seperti sekedar kabar dan perihal yang diseru bertele-tele; rindu!

Ah, aku urung merampungkan surat itu. Karena ia sudah pasti tahu isinya. Tentang rindu yang didaur ulang berkali-kali. Tentang rindu yang berulang-ulang bersemi.

(2014)

Secarik Surat Untukmu (14)

surat ini tak beralamat meskipun ia menyiratkan takdir yang lahir dari kata-kata seorang penyair. bukan aku yang mencatat segelintir percakapan getir antara kehidupan dan kematian, itu takdir! -takdir yang muskil dikenali dengan secuil kenangan masa kecil.

tak ada yang menyakitkan dari rindu. seperti kepak sayap burung di bawah langit mendung; kepak burung yang lekas terbang memangkas jarak pulang ke sarang meskipun ia tahu ada peluru pemburu yang mampu menggugurkannya dari ketinggian itu.

tak perlu berduka meskipun kata-kata selalu gagal mengenal ajal yang begitu kekal. di suatu penghabisan, pada tahun kesekian, barangkali aku akan menemuinya setelah menanggalkan jubah puisi ini.

… ….!

(STAR 818. Hisar Evi, 02012014, 15.29)

Secarik Surat Untukmu (13)

:SeuLanga

Ini bukan surat yang menyiratkan sunyi. Aku hanya ingin mengantarkan yang tak tersampaikan dalam jarak yang terentang dan tentang gelisah kata yang tersembunyi. Yang barangkali tak lagi bersuara lantang, hilang tak berbunyi.

Ini surat bersajak tentang kerinduan yang tak mudah diucapkan meskipun sudah dituliskan berulang kali. Bahwa ia ada. Tak bisa diseka seperti air mata. Selalu mengalir, tak surut seperti ombak di laut, ia tak menemui akhir.

Ini surat tak menuntut balasan darimu. Sebab kau tahu, kata-kata sangat penurut, tak berulah jika tak bertitah salah. Mereka pemalu, yang kadang-kadang tersipu ketika makna yang dipendam lama tersibak oleh matamu seketika.

Ini surat seperti aku yang tak lekas menulis larik lagu perpisahan setelah berbagai isyarat kepergian kau lepaskan. Aku hanya menulis puisi demi puisi untuk merayakan hari-hari lalu, sejak hari pertemuan sampai suatu akhir. Dan dalam perjalanan puisi aku tak ingin sampai. Selalu melangkah ke segenap arah dan tak berkeluh kesah. Tak peduli berapa lama usiaku hilang untuk merayakannya.

Ini surat belum selesai. Seperti langit yang menurunkan rintik-rintik kerinduan. Tak berkesudahan.

(STAR 794. Hisar Evi, 17112013, 19.56)

Terkenang di Lini Masa

:SeuLanga

aku terkenang
pada jemariku yang
bergemetaran ketika merangkai kata-kata menjadi seikat bunga sajak
yang harum semerbak

sebagai permintaan maaf yang mendalam
setelah diamku menikam
kekosongan yang lama terpejam.

aku hanya menyeru rindu
ketika kesepian tak lagi diucapkan sebagai kehilangan.

(STAR 785. Subayevleri, 18102013, 19.50)

Sepanjang Kata yang Entah Batas Maknanya

:SeuLanga

kita yang saling menduga dalam keraguan kata.

kita yang terperangkap pada senyap kata.

kita yang mencoba berbicara lewat kebisuan kata.

kita yang saling mencari kenangan dalam samar kata.

kita yang terapung kehilangan sesuatu di permukaan kata.

kita yang pernah terseret arus kerinduan dan terus bertahan pada sederet kata.

kita yang … (ber)kata.

(STAR 767. Home, 11082013, 12.37)

Betapa Aku

:SeuLanga

/1/
betapa aku tak pernah lupa
mengeja
namamu dalam tiap pinta
penuh harap
dengan seluruh dekap
ketulusan pada kedua tangan yang tak lelah-lelahnya
menengadah terbuka kepada-Nya.

/2/
betapa aku ingin setia senantiasa
menguncupkan makna persahabatan kita
meskipun kata-kataku tak selalu
bermekaran di berandamu.

/3/
betapa aku bisa menjadi senja yang menghapus langit birumu
supaya hari tak tenggelam terburu-buru,
tetapi aku tak akan membuatmu redup dan layu dengan rayuku.

(STAR 697. Hasköy, 02032012, 20.23)

Pasukan Kata yang Bersiap Menaklukkan Keheningan Kita

:SeuLanga

/1/
tak terdengar
lagi derap langkah pasukan kata
yang dulu sempat menggetarkan ranah imaji kita,
segala-galanya menjadi samar-samar
dalam keheningan;
sesenyap ruangan yang dibiarkan
berdebu dalam ingatan dan kenangan.

/2/
tak diriwayatkan
lagi kisah penaklukan yang menggugah kerinduan
ketika kita mengibarkan panji kemenangan
di atas puing-puing kata yang berserakan.

/3/
seperti sajak-sajak
yang mengajak
kita kembali pada awal kata
sebelum ia meraibkan makna
di kedalaman telaga mata,

aku mencoba membariskan pasukan kata
yang suara-suaranya bergemuruh memecahkan keheningan kita.

(STAR 693. Yasir Evi, 18022013, 22.37)

Maaf (2)

:SeuLanga

apa yang bisa kukatakan melalui sajak ini
pabila suara-suara hilang dalam gema panjang
antara lain ruang
dan kata-kata hanyalah kerinduan yang tak patut diucapkan lagi.

*

dalam senyap
jemari halus angin menyulam perangkap
untuk menjerat kesepian yang hinggap
di ujung mata malam yang tak lagi mengerjap.

*

aku seperti menerka gelagat pagi
hanya sebagai gejolak matahari
yang meninggi
ke tangkup hari.

padahal malam di matamu selalu bercahaya
meskipun langit belum menerima cahaya
walaupun kerlip gemintang telah berguguran entah kemana……

*

yang senantiasa hijau di segala musim itu
adalah pucuk-pucuk persahabatan yang
tak ingin berguguran,
tak mendengar bujukan angin yang
ingin memetik gelisah tangkainya,
tak membiarkan raut wajahnya bertukar warna
meskipun yang lainnya berubah indah dalam kilau senja,

pucuk-pucuk persahabatan itu selalu menguncupkan kesetiaan
meskipun terabaikan
dalam deru badai kecemasan.

*

maafkan aku
yang menjadi suara hilang
dalam gema panjang itu.

maafkan aku
yang berjemari halus ketika menjerat kesepian itu.

maafkan aku
yang tiba-tiba berguguran dari langit matamu.

maafkan aku
yang ingin hijau senantiasa pada pucuk-pucuk persahabatan itu.

(STAR 683. Yasir Evi, 30012013, 15.12)

Ketika Kamu …….

:SeuLanga

aku hanya bertanya arti kehilangan
pada kerjap sunyi
yang memejamkan segala bunyi

sebab aku tak ingin mendengar jawaban
yang pasti.

(STAR 658. Yasir Evi, 18112012, 14.02)

Secarik Surat Untukmu (12)

:SeuLanga

udara malam yang dingin di kota ini
seperti menggigit bibir cuaca yang terlalu
gigil untuk berkata tentang kerinduan

itu sebabnya
lewat sajak ini kukabarkan
tentang segala rindu yang terselimuti ketulusanku.

*

segala puji bagi-Nya
kata-kata tak akan kekeringan makna
selama tertulis dengan pena persahabatan yang nyata

semoga terbaca secara merata dan meninggalkan jejak-jejak pemahaman di hatimu.

*

semoga kata-kata ini memancarkan sinarnya di sana
ketika matamu berbinar cahaya.

*

malam ini
tiap kata pada sajak ini
adalah aliran makna yang mengalir ke muara doa;

semoga kau baik-baik saja, aku selalu
berdoa untuk kesehatan,
keselamatan,
kebahagiaan
kamu.

*

meskipun suara-suara padam
dalam suatu keheningan,
aku ingin kita saling menyalakan
kesetiaan
tanpa saling bertanya pada kecemasan.

*

Ran,
aku adalah bintang jauh
yang kagum pada semerbak harum bungamu.

*

malam menyalakan kerinduan
pada tubuh kunang-kunang yang kehilangan
sesuatu entah sebuah kenangan

yang tiba-tiba terbayang dalam ingatan
ketika pertemuan menyiapkan perpisahan.

*

dingin.

*

angin meriwayatkan hikayat perjalanan
pada sepi yang tak beranjak pergi.

*

SeuLanga,
kita adalah gemuruh laut yang cemburu
pada hembusan angin
yang membuat awan terapung jauh.

lalu kita menghempaskan ombak kerinduan
ke tepian
yang tak henti menerima setiap amukan.

*

soba ni iru yo…….

*

hujan telah reda di matamu,
tetapi tatap mataku selalu bergerimis.

*

dalam sajakku
kau selalu bercahaya meskipun matahari
menjadi susut di wajahmu,

malam di matamu masih gemerlap.

*

aku ingin persahabatan kita teracik istimewa
hingga beraroma
sepanjang masa…………….

***

(STAR 648. Yasir Evi, 04112012, 01.36)

Ini Aku Seperti Apa

:SeuLanga

ini pagi
seperti merahasiakan tetes makna
yang belum sempat terucap dari bibir kata.

ini rindu
seperti bergetar pada ujung penantian
sebelum kembali tenang dalam sebuah pelukan.

ini sepi
seperti tak ingin diabaikan musim
supaya keheningannya bisa luruh, beku, dan bersemi kembali.

ini senja
seperti menyalakan cahaya jingga di mata
yang tak sempat menyimpan warna langit biru.

ini aku
seperti sinar bintang yang cemas dari kejauhan
sebab rembulan terlalu cahaya ketika tersenyum padamu.

ini sajak
seperti kamu yang bertanya-tanya
aku seperti apa.

(STAR 643. A.Ş.T.I, 28102012, 19.51)

Maaf

:SeuLanga

/1/
aku telah terhujam
ketajaman kata maafmu
yang seketika menebas pucuk-pucuk rindu
yang selalu menguncupkan nama kamu.

/2/
meskipun daun-daun telah luruh
terpisah dari segala tubuh
musim demi musim, aku tak mungkin
menggugurkan lembar persahabatan
yang selalu setia menampung segala curahan rindu itu.

/3/
jika ada sajakku yang tiba-tiba menggumpal pekat
menjadi awan hitam di langit hatimu, biarkan ia
mencurahkan rintik-rintik maknanya
meskipun ia mengguyur segala tanyamu yang ragu-ragu itu
sebab tak segala yang basah adalah gelisah
sebab selalu ada matahari cerah
yang memberimu pelangi setelah hujan reda.

/4/
tersenyumlah SeuLanga
sebab langit malam kota ini telah kehilangan bulan sabitnya.

/5/
maaf.

(STAR 633, Yasir Evi, 14102012, 22.34)

Mengagumimu

:SeuLanga

mengagumimu seperti menjadi kuntum mawar merah yang baru saja merekah, menunggu kedatangan kekupu pertamanya.

mengagumimu seperti menjadi pagi yang tak pernah jengah menyaksikan kisah melankoli daun yang melepas embun jatuh perlahan-lahan berulang kali.

mengagumimu seperti menjadi angin yang tiba-tiba merindukan tempat pertama ia berhembus, sebelum segalanya bergerak penuh kecemasan dari celah jendela ke puncak bukit itu.

mengagumi seperti menjadi aku yang senantiasa berpuisi tentang rangkaian kata yang enggan berpisah dengan maknanya.

(STAR 630, Yasir Evi, 10102012, 00.55)

Rintik-Rintik

:SeuLanga

sore ini
gerimis turun lagi
membasahi bertangkai-tangkai
kata yang belum juga terangkai
menjadi sebait puisi,

rintik-rintik gerimis masih memercik
pada pucuk imaji yang belum terpetik.

(STAR 626, METU, 05102012, 18.02)

Sebait Sajak yang Menjadi Buih-Buih Kata dalam Penantian

:SeuLanga

ketika menulis sajak ini aku
seperti ombak yang terlalu gusar,
ujung riaknya hanya mengecup sebagian
bibir pantai dan
kerinduannya yang penuh debar itu
tak sepenuhnya tersampaikan
meskipun berulang kali tubuhnya terhempaskan
dan hancur menjadi buih-buih lautan……..

(STAR 620, Yasir Evi, 30092012, 15.21)

Merindukanmu Pada Suatu Pagi Ketika Bibir Hujan Mengecup Tepi Daun Yang Merindukan Embun

apa kabarmu Pagi?
masihkah mereka mengucapkan selamat
atas nama kamu?

sepertinya wajahmu berseri-seri
apa karena mentari
masih setia berbagi kehangatannya denganmu?

kamu tahu,
aku mengagumi keceriaanmu yang membangunkan itu.

***

apa kabarmu Hujan?
kelihatannya kamu masih saja basah kuyup
apa kamu tidak kedinginan?

atau jangan-jangan kamu
sengaja menyembunyikan air matamu
dengan membasahi sekujur tubuhmu?

oh maafkan
aku lupa
kamu memang dilahirkan
untuk selalu berair mata keajaiban.

***

apa kabarmu Embun?
masihkah kamu bergelayutan
pada tepi daun yang setia menampung segala curahan itu?

ayo ceritakan padaku
kata seperti apa yang dibisikkan daun ketika
melepasmu jatuh?
apakah ia benar-benar merelakan kepergianmu?

ah, aku percaya
kalau kalian akan tetap saling merindukan
meskipun tak sempat berkata apa-apa.

***

apa kabarmu SeuLanga?

masih merindukan pagi yang membangunkanmu?

masih merindukan hujan yang menghapus air matamu?

masih merindukan embun yang menyejukkan segala rasamu?

ah, maafkan
seharusnya aku tak mengajukan pertanyaan terlebih dahulu,
sebenarnya aku hanya ingin menuliskan;

”aku masih merindukanmu, sahabat sejatiku”

(STAR 605, Hasköy, 09092012, 21.03)