Aku Ingin Singgah Di Matamu

:Dek Yi

aku teringat tatap matamu
yang kerap berucap malu-malu.

air mataku pernah tumpah dari mata lelahmu
waktu kulontarkan kata-kata yang menelantarkanku
sendiri di kisah sunyimu.

kau pendiam
banyak memendam

tak punya dendam
pada tingkah salahku yang suka menorehkan luka yang hitam.

aku tahu
kata-kata ini tak akan sampai
tak mencapai matamu yang jauh
tak bisa mengurai
kesalahanku; satu persatu.

jika waktu telah menanggalkan jubah usiaku
ketahuilah; cintaku kekal di matamu.

(STAR 832 . Hisar Evi, 23012014 , 19.48)

Dear Dek Yi: Mengenang “Moly & Emi”

Di bawah sinar rembulan, seorang lelaki menggenggam sebuah pena. Ia sedang menulis di secarik kertas, sebuah surat.

Di paragraf pertama tertulis:

“Dear Dek Yi,
Meskipun jarak belum mampu menaklukkan kesabaran, ia dapat memekarkan kerinduan. Saban hari, aku mengenang kenakalan dalam kebersamaan kita yang singkat. Suatu masa yang indah untuk kurindukan, Dek Yi….”

Paragraf kedua diisi dengan:

“Pada masa yang indah itu, kita masih terlalu kecil untuk mendefinisikan “cinta” dan belum mampu menulis “i love you”, tetapi kita mengejanya “a-lopyu” tanpa peduli bagaimana bentuk nyatanya.

“Hahahahaha……..”, aku menertawakan perseteruan tentang cinta-cintaan. Kita berperang mulut demi sebuah kemenangan: ‘namamu dg Emi’ atau ‘namaku dg Moly’ yang gagal kita bantah.”

Lelaki itu tersenyum lepas, tubuhnya masih bermandikan cahaya rembulan. Dia belum menemukan kalimat penutup untuk mengakhiri surat yang belum rampung.

(CerMin 11. Eskişehir, 15082011, 13.14)