Setangkai Puisi

Lelaki itu* duduk di sebuah bangku taman kota. Pepohonan rindang mengelilinginya. Tetapi di depannya hanya terbentang pemandangan senja yang utuh. Tak ada yang menghalangi. Ia menatap langit yang hampir jingga sempurna itu sambil tersenyum.

Perlahan jari telunjuk kanannya bergerak seperti kuas seorang pelukis. Menari-nari di udara dengan gemulainya. Seolah-olah langit sore itu adalah sebuah kanvas yang tak berbatas.

Tetapi ia tak melukis. Ia sedang menuliskan huruf per huruf. Lebih tepatnya, ia merangkai kata demi kata dengan jemari serta imajinya. Ia seperti mencoret-coret keindahan senja dengan semburat penuh makna miliknya sendiri. Hanya dia yang bisa melihat dan membacanya.

Lelaki yang duduk di depan langit senja itu berharap kekasih hatinya yang jauh di mata bisa memetik setangkai puisi pada langit senja hari ini….

*sebenarnya lelaki itu adalah aku yang merindukanmu.

(CerMin 17. Yasir Evi, 24102012, 01.25)

3 thoughts on “Setangkai Puisi

Leave a comment