Pelangi

Kau tau Ran, langit mendung memendam suka cita. Kita salah memandangnya sebagai duka. Karena ia menumpahkan kebahagiaan berupa derai-derai hujan yang membasuh gundah hatimu. Tidakkah kau lihat genangan bahagia dari wujud terkabulnya munajat-munajat kebutuhan hamba kepada Tuhannya? Semua membutuhkan air. Air sebagai sumber kehidupan. Akupun membutuhkannya seperti aku butuh kasih sayang tulus dalam persahabatanmu. Aku telah membiarkannya mengalir jauh. Biarkan ia jernih, tidak keruh, sehingga memiliki berbagai rasa yang akan manis ketika sampai di muara cinta yang sesungguhnya.

Kau tau Ran, aku menanti pelangi setelah rinai-rinai hujan berhenti berderai. Tetapi tidak pernah kutemukan pelangi di sini. Kau tau kenapa? Karena pelangi itu adalah senyuman yang sedang membendung aliran sungai kecil di bawah mata indahmu.

(SeuLanga 28. Yağmur Evi, 31052011, 12.39)

Sebab

1/
Tanya hanya mampu menerka
Tiada kuasa
Sebab tanda tak terbaca

2/
Kata-kata memaknai gelap
Telah lama senyap
Sebab bunyi telah mengendap

3/
Rindu sedang terapung
Hanyut dalam muara buntung
Sebab asa kian membumbung

4/
Tanya memaknai rindu
Kuasa senyap membungkam jawabmu
Sebab bunyi telah bisu

(STAR 181. Yağmur Evi, 28052011, 23.39)

Anything for You

:Cananga odorata

Biarkan aku menjadi bintang
Benderang dalam langit kelammu
Menerangi butir-butir rasa
Yang membuncah kala harapan sirna

Biarkan aku menjadi hujan
Berderai dalam gundahmu
Menyembunyikan aliran sungai kecil
Yang mengaliri duka di bawah mata indahmu

Biarkan aku menjadi apa saja
Untuk selalu berada di sisimu
Karena kau abadi dalam sajak-sajakku
Mengharumi keabadian munajat setia

Anything for you, sahabat sejatiku

(STAR 180. Yağmur Evi, 28052011, 18.19)

Bulan Bintang

Bulan bintang menyatu
Memutih dalam kain merah
Lalu berkibar dalam deru
Bersama angin menuturkan sejarah

Alkisah
Perang adalah awal dari kisah
Perjuangan dalam lautan darah
Berjihad memerangi musuh-musuh Allah

Dua garis hitam sebagai lambang
Jasa-jasa Syuhada patut dikenang
Dalam empat garis putih berjuang
Isyarat syahid dalam kesucian perang

Bulan bintang menyatu
Di langit hitam kelabu….

(STAR 179. Yağmur Evi, 28052011, 13.17)

Muhasabah Diri

Bismillaahirrahmaanirraahiim,

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (Q.S 103 : 1-3)

Ini adalah catatan kecil pertama yang saya tulis. Sebuah catatan berisi nasihat untuk diri saya sendiri dan Insya Allah semoga juga bisa menjadi sebuah nasihat yang berguna bagi sahabat-sahabat sekalian. Saya hanya ingin menjadi manusia yang tidak merugi, seperti yang disebut oleh Allah SWT dalam Surah Al ‘Ashr di atas. Semoga kita bisa saling mengingatkan dalam berbuat sesuatu. Saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. Makanya, jangan segan-segan mengingatkan tiap-tiap kesalahan yang saya miliki. Jika ada salah dalam kata-kata yang saya tulis, itu adalah dari saya sendiri. Mohon diingatkan. Jika ada kebenaran yang terkandung di dalamnya, itu berasal dari Allah SWT.

Baiklah, dua hari yang lalu saya mendengar nasihat-nasihat berharga dari ceramah Ustadz Aa Gym tentang “Muhasabah”. Tidak rumit untuk mendefinisikan kata muhasabah. Ternyata, bermuhasabah itu seperti bercermin. Kita harus sering-sering bercermin diri dengan bermuhasabah. Setiap perbuatan yang telah kita lakukan setiap detik di dunia fana ini harus ditela’ah alias dikaji kembali. Persis seperti bercermin untuk melihat kekurangan yang ada pada diri kita, dan kemudian memperbaikinya.

Saya sedang berusaha untuk terus bermuhasabah. Harus saya akui, terlalu sangat banyak sekali kekurangan dalam hal ibadah dan tingkah perbuatan sehari-hari yang terlihat dari “cermin” tersebut. Kita jangan terus berdiri di depan “cermin” dan meratapi segala kekurangan dan kesalahan yang tak terhingga itu. Tidak ada yang akan berubah jika kita tidak melangkah untuk menciptakan sebuah perubahan. Tidak perlu susah-susah berpikir bagaimana cara untuk berubah. Cukup dengan berubah dari hal yang kecil dan sederhana. Jika kita istiqamah dalam bermuhasabah, Insya Allah, Allah SWT akan mempermudah dan menunjuki jalan yang benar dalam perubahan menjadi insan yang dimuliakanNya.

Semoga kita tidak pernah lupa akan singkatnya kehidupan fana ini. Semoga kita bisa terus memperbaiki diri dan saling mendo’akan dalam berbuat kebaikan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam

(CaCil 1. Yağmur Evi, 27052011, 23.47)

Nyala Rindu

Kau nyalakan rindu
Dalam keremangan langkah
Menapaki kesempitan jalan pulang
Tertatih-tatih dalam peradaban

Rinduku menyala
Seketika jalan berlumpur dosa menjadi terang
Rupanya aku tersesat dalan gurun peradaban
Tersadar arah langkah, lalu meratapi kerinduan

Rindu
Rinduu
Rinduuu
Jerit hatiku dari belasan abad kejauhan

Aku ingin lebur dalam kerinduan
Menjadi debu-debu perjalanan
Mengikuti jejak-jejak yang kau tinggalkan
Menapaki jalan lurus ke arah keabadian

Ya Rasulullah,
Rindu padamu tak akan padam.

(STAR 178. Bus 417, 27052011, 18.22)

*Mari bershalawat sebanyak-banyaknya kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyalakan rindu yang mungkin telah padam dalam relung jiwa kita……

Cinta Pertamaku

Kaulah cinta pertamaku
Wanita pertama yang kurayu
dengan segala kegombalanku, tak pernah malu
Kurayu kau dalam tangis manjaku

Kaulah cinta pertamaku
Wanita pertama yang merebut hatiku
dengan kata-kata manismu, tak pernah jemu
Kau dendangkan lagu cinta dalam gundahku

Kaulah cinta pertamaku
Wanita pertama yang kurindu
dengan tiap hembusan nafasku, tak pernah ragu
Kurindu kau dalam munajat abadiku

Kaulah cinta pertamaku
Wanita pertama yang mengecup pipiku
dengan sentuhan kasih tulusmu, tak pernah beku
Kau hangatkan rasa cinta dalam kesepianku

Kaulah cinta pertamaku, Ibu…..

(STAR 177. Bus 198. 27052011, 14.14)

Janji Suci

Pabila kata-katamu kusemai dalam ladang jiwa
Menguncup tunas makna
Akankah ia berbuah cinta?

Mari menanam janji
Dalam kedalaman hati

Pabila kata-katamu tumbuh
Bermekaran dalam tubuh
Akankah ia luruh?

Mari memetik janji
Dalam ikatan suci

Suatu hari nanti……….

(STAR 176. Yağmur Evi, 25052011, 20.13)

Lupa Merdeka

Mereka lupa
Atau pura-pura lupa
Tiada mendengar suara
Mengudara dari Radio Rimba Raya

Mereka buta
Atau pura-pura buta
Tiada melirik perjuangan endatu kita
Menyuara merdeka ke penjuru dunia

Mereka telah lupa
Lembar-lembar sejarah lupa dibaca
Enam Tiga tahun terpejam mata
Tanpa ada tanya kenapa merdeka

Mereka telah buta
Aceh telah tenggelam di ujung Sumatra
Hilang bersama jasa-jasa Syuhada
Yang bersuara demi kembalinya kemerdekaanmu, Indonesia.

(STAR 175. Yağmur Evi, 24052011, 20.00)

Rindu Jelita

: Nelly Jumiliensi Putri

Gadis kecilku,
Senja masih indah
Seperti rindu yang merekah
Menerka wajah jelitamu

Gadis kecilku,
Tanganku terlalu jauh untuk memeluk
Pandang pun menunduk
Jarak bertambah seiring waktu

Gadis kecilku,
Kubisik rindu yang berdebar-debar
Hingga senja ikut pudar
Tenggelam dalam cakrawala cintaku

Gadis kecilku,
Aku mencintaimu……

(STAR 173. Bus 417, 18052011, 19.57)

Puisi untuk Ibu

Ibuku,
Debar hatiku membisik rindu*
Tiada jemu
Merindukan belaian kasih tulusmu

Ibu
Langkah kakiku dihimpit ragu
Tiada tanganmu yang menopang mimpiku
Seperti dulu

Oh Ibuku,
Kasihmu tak berjeda
Terus mengalir sepanjang masa
Untuk anak cucu

(STAR 172. KBRI Ankara, 12052011, 08.40)

*lirik dari nasyid “Insan Bernama Kekasih” -UNIC-

Hikayat Peuneuphön

Bak awai kata ngôn bismillah
Ta peuphön kata lam lidah
Bak akhe kata ngôn alhamdulillah
Ta pujoe pô sidroe Allah

Nyan keuh nyoe saboh hikayat
Ulôn tuan kheun lam tulésan
Seubab udép makén brat
Payah ta peuphui ngôn cahya iman

Na sidôm lam rata sagoe
Dimeusapat hana karu-karu
Lagee hatè lam rantoe
Bacut-bacut ka teuka rindu

Pikiran ulon tuan meucawoe
Hikayat ka gadöh barèh
Sikrèk-krèk tröh di nanggroe
Teuka ngôn peurasaan seudèh

Kakeuh sampè disinoe hikayat malam nyoe
Bah jeut keu peuneuphôn geutanyoe
Meu’ah ulon tuan lakee keu aduen-aduen rantoe
Bak Allah ta lakee beu aman nanggroe

(Pineung 1. Yağmur Evi, 08052011, 22.07)

Daun atau Bunga

Aku hanya diam ketika kau ajukan tanya padaku, siapakah yang akan kupilih? Daun atau Bunga? Tahukah kau, aku telah menyembunyikan jawaban di sudut-sudut riuh. Selama ini tak kubiarkan ia gaduh. Karena aku lebih menyukai diam sehingga ia bungkam.

Kau memaksaku untuk menampakkan jawaban. Tetapi aku takut, ia akan keruh ketika keluar dari sudut-sudut riuh itu. Aku sedang membiarkannya mengalir dalam waktu. Karena ia indah walaupun merekah dalam gundah. Karena aku sangat membutuhkannya untuk berteduh suatu hari nanti.

Kau salah, Sahabat. Aku tidak bisa memillih. Atau lebih tepatnya aku tidak berhak untuk memilih mereka, Si Daun atau Si Bunga…..Karena aku tidak akan pernah bisa memiliki mereka. Daun dan Bunga adalah milikNYA.

Aahhh,, akhirnya kutemukan juga jawaban tepat untuk tanyamu.

(SeuLanga 27. Hisar Yurt, 07052011, 22.32)

Cahaya Cinta

Mataku terbenam di cakrawala
Terpejam dalam keemasan sang surya
Berkelana hingga ke titik terjauh dunia

Langit berbagi cahaya
Memberi warna
Biru telaga

Cahaya menembus gumpalan mega
Berkilau ke mata
Itulah cinta

(STAR 169. Hisar Yurt, 07052011, 17.57)

?

Ran, aku menyimpan ribuan “?” di sini. Setiap hari aku lontarkan satu persatu ke dalam telaga senja. Mungkin saja kau sedang mengembara di gurun senja dan menemukan “?” yang berceceran menyembunyikan jejak-jejak rinduku.

Ran, “?” itu mengandung tanya yang mengundang tanya kembali. Pernahkah kau tersesat setelah menemukan “?”ku? Ia hanya merindukan sebuah jawaban yang tak akan pernah terjawab. Maka, tersenyumlah ketika ia datang mengusik keteduhan perjalananmu. Biarkan ia pergi setelah kau bertanya kembali kepadanya. Aku yakin, “?” pasti tidak akan bisa menjawab tanya-tanyamu itu.

Ran, “?”ku bertambah meskipun setiap hari kulepaskan ke dalam awan gemawan. Apakah ia bisa mengembara laksana musafir yang menaklukkan gurun gersang? Apakah ia bisa mengarungi luasnya samudra laksana nahkoda pemberani? Entahlah, aku tidak menyimpan jawaban untuk menjawab “?”.

(SeuLanga 26. Yağmur Evi, 23042011, 20.10)

Taman Muda

Sepasang muda bercinta
Di atas bangku taman kota
Tepat ketika Adzan mengudara
membakar iblis si dalang asmara mereka

Seorang kakek tua
Jemarinya bertasbih tepat di hadapan mereka
Diam membungkam kata
Mungkin ia merenungi masa muda

Ahh…..
Sepasang muda mabuk dalam desah
Ahh……
Kakek tua menghela nafas lelah

(STAR 167. Yağmur Evi, 21042011, 21.22)