: Daun
sepotong masa lalu
tergeletak di pinggir waktu
tak tersentuh
tak lagi utuh
: bintang-bintang kertas yang bercahaya lalu redup sebelum berpendar di langitmu
(STAR 384. Menekşe Evi, 28092011, 19.41)
: Daun
sepotong masa lalu
tergeletak di pinggir waktu
tak tersentuh
tak lagi utuh
: bintang-bintang kertas yang bercahaya lalu redup sebelum berpendar di langitmu
(STAR 384. Menekşe Evi, 28092011, 19.41)
: SeuLanga
/1/
sore ini,
dalam puisiku
kau menjelma dedaunan
yang kemilau seakan-akan
bercahaya keemasan
karena dilemuri sinar matahari
/2/
kau masih hangat dalam kata-kataku
(STAR 383. Bus 423, 27092011, 17.54)
: SeuLanga
tiba-tiba langitmu muram
awan tebal bergulung-gulung menyangga kelam
“sebuah pertanda musim hujan yang panjang”, keluhmu pada malam
aku hanya mampu memendarkan gemintang
yang cahayanya tak mau redup dalam siang
yang membuat langit malammu benderang
dan langitmu masih biru
meskipun gulungan awan duka kadang-kadang memuramkanmu
(STAR 382. METU, 26092011, 17.08)
Di depan pintu pagi
angin turun perlahan-lahan
untuk mengetuk jendela kamar ini
setelah membangunkan dedaunan
lalu jendela ini terbuka
menerima cahaya pertama
bersama angin yang menghembuskan pesan tersembunyi
yang telah lama mendesau dalam sepi
(STAR 381. Bus 185, 24092011, 07.27)
gerimis pagi ini
adalah rintik-rintik hujan kecil
yang masih menurunkan gigil
ke tubuh ini
(STAR 380. Bus 132, 23092011, 11.40)
shubuh ini
gerimis pertama menari-nari
dengan rintik-rintiknya, ia juga bernyanyi
menyambut kedatangan pagi
oh gerimis-gerimis kecil
yang bibirnya mungil
yang mengecup pagi
dan meurunkan gigil ke bumi
(STAR 379. Menekşe Evi, 23092011, 10.44)
/2/
seorang
perempuan malang
melepas kepergian buah hati tersayang
/3/
aku juga menyaksikan mendung hitam yang sangat tebal,
bergulung-gulung di pelupuk mata perempuan itu
: sebuah pertanda musim hujan yang panjang
(STAR 378. Nil Evi, 22092011, 18.49)
/1/
secercah cahaya
telah lama menyala
yang menghangatkan ruang kebersamaan kita
: cinta ?
/2/
kemana perginya gigil
yang berasal dari ragu
yang mencair tiba-tiba setelah kehadiranmu
menyalakan perapian musim dinginku
(STAR 377. Nil Evi, 21092011, 13.42)
: SeuLanga
Kelembutan seperti apa
yang menyentuh imaji kita
ketika berteduh dalam rumah Bintang Seulanga
Adakah rindu
yang tertuang dalam gelas imaji rasa
ketika kata demi kata memenuhi ruang makna
Rumah itu menyuguhkan suatu keteduhan rasa
yang membuncah senantiasa
di hati kita
(STAR 376. Bus 132, 21092011, 13.42)
Kudekap kata
dalam pelukan makna
Seerat kasih yang menggenggam cinta
dalam belahan jiwa
(STAR 375. Menekşe Evi, 20092011, 21.50)
untuk mereka
: Pahlawan yang berjasa
/1/
Mereka tak bernama
ketika sedang berbaring dalam tanah yang kau katakan telah merdeka,
Mata mereka menyala-nyala
mengibarkan merah putih senantiasa
ketika nafas-nafasnya mengharumkan Indonesia.
/2/
Kau tak mengenal siapa mereka,
asalnya dari mana?
lalu pergi ke mana?
/3/
Mereka tak bernama
tetapi jasa-jasanya menamakan I N D O N E S I A
sebagai sebuah bangsa yang merdeka
/4/
Kau tak mengenal siapa mereka
asalnya dari tanah
lalu kembali menyatu dengan tanah
yang sedang kau injak tanpa pernah menundukkan kepala
meskipun kau telah merdeka.
(STAR 374. Menekşe Evi, 20092011, 18.00)
Ran, pada jejak-jejak harianmu, aku ingin menanam puisi yang senantiasa bersemi. Biarkan ia tetap tumbuh meskipun kau telah berlalu ataupun berdiam di ladang jiwa seseorang yang menyemai benih-benih cinta.
Ran, ketika puisi bertunas dan setelah memekarkan makna, aku tidak akan pergi. Rinduku senantiasa menyirami tubuhnya hingga akar-akar kata menancap kuat, mungkin menjalar sampai ke hatimu.
Ran, makna puisi-puisi yang tumbuh di jejakmu selalu mekar dan bersinar di bawah tatapan purnama wajahmu, yang menyinari segenap asa ketika kau tersenyum dalam suka dan duka, yang membuat puisi-puisi itu merekah indah.
(SeuLanga 42. Menekşe Evi, 20092011, 14.07)
Rinduku tak kan menguning
Meskipun kau memanennya senantiasa
di pagi hari, ketika sore melumuri senja,
dan di malam yang tak memenjam mata.
(STAR 373. Altınpark, 19092011, 22.18)
Pada malam
yang membinarkan kelam
di sela-sela rambutmu terurai
Ku bisikkan rindu terpendam
(STAR 372. Yıldırım Evi, 19092011, 21.44)
binar cahaya matamu mementaskan sunyi
yang pekat tersembunyi
di balik tirai imaji
(STAR 371. Bus 427, 18092011, 16.51)
/1/
senyummu terlalu ranum untuk kupetik
juga terlalu indah jika kubiarkan merekah.
/2/
di langit malamku,
rembulan tersenyum
purnama penuh di wajahmu.
(STAR 370. Menekşe Evi, 13092011, 09.31)
: Eun-Seok
cinta itu berdetak
yang tak kan berhenti berdenyut
meskipun jantungku mati,
“cinta tak dapat dibunuh.”
(STAR 369. Menekşe Evi, 13092011, 00.18)
: my future princess
rinduku adalah semak-semak yang menjadi belukar
lalu cintaku menjadi akar
di kesunyian rimba hatimu
(STAR 368. Menekşe Evi, 13092011, 00.05)
Wahai tuan dan puan,
kami adalah pelayan
yang selalu membawa nampan
berisi pengabdian
hanya pada Tuhan
(STAR 367. Ankaray, 11092011, 21.00)
malam ini kusapa purnama
dari jendela
yang terbuka penuh
dari jauh
dengan cinta menyeluruh
(STAR 366. Ankaray, 11092011, 20.52)
"Keteduhan Rindu di Setiap Musim"
RoWiSe's blog
- dibuat bagi para pecinta puisi -
Ketika Kata Harus Tersambung
Selamat Datang! Rasakan Sensasi Pena Beraksara dengan Cita Rasa Sensasional
Sedikit Komentar Jujur dan Pribadi
hari ini adalah benang merah masa depan
Aktual Tajam
My words, my stories, my perspectives, toward the world
The beautiful picture of angels makes you happy.
Children's Book Reviews
dahlaniskan.wordpress.com
Pusat Dokumentasi Sastra Koran Indonesia
Kumpulan Sastra Klasik Dunia
saya menulis sebab sering diserang perasaan ingin berada di sini, di sana, dan di mana-mana sekaligus.
Sinergi Musik dan Sastra
Puisi Berbisik
Puisi untuk Dunia
sweet and hot as always
Because I'm not protected
cerita berlagu, lagu bercerita
★|@bintangbumoe|♡Apakah kamu bisa mencintai langit yang berganti warna seperti aku mencintai hujan yang selalu sama?♡|bintangbumoe90@gmail.com|★
saat saya dan aku menjadi dua kata yang berbeda makna
Menghadap Tepat ke Luas Laut Hatimu
Rembulan Menangis
Puisi, cerpen, catatan perjalanan
kulihat seorang perempuan tua, mungkin itu ibu, yang mengutukmu untuk tak kembali pada jalan puisi...
Bertolak Dari Yang Ada
Semua tentang Seno Gumira Ajidarma (SGA). Blog ini disusun oleh anggota mailing list SenoGumiraAjidarma@yahoogroups pada tahun 2007. Untuk para pendiri dan (mantan) admin yang kangen, ditunggu kabarnya melalui email sukab2019@gmail.com
Saatnya tinta bersuara lebih lantang dari suara senjata
Anak-Anak Kata Yang Santun Pada Ihwal
arsip cerita pendek kompas minggu
Arsip Puisi Mingguan Kompas Terbaru