Lupa

Aku suka membacanya. Dia bukan sebuah buku. Bukan juga sepucuk surat cinta. Dia adalah manusia biasa, sama seperti dirimu. Tetapi dia sungguh luar biasa dalam memaknai kedalaman kata. Tak hanya itu, dia tak hanya bercerita lewat mata dan bibir semata, tetapi melalui pemahaman hati yang berbahasa sederhana. Begitu mudah memahaminya. Begitu indah meresapinya.

Aku suka membacanya. Gerak-geriknya tak berlebihan. Kata-katanya tak sekedar ucapan. Aku selalu terkesan.

Tetapi aku berhenti membacanya. Bukan karena satu titik tanda pemberhentian. Bukan juga jeda yang disebabkan sebuah koma. Bukan pula dikarenakan spasi yang menggali jarak untuk seberapa lama.

Aku berhenti membacanya setelah terhisak di depan cermin. Seseorang di dalam cermin itu telah lupa membaca dirinya sendiri.

(CerMin 18. Hisar Evi, 24092013, 20.58)

One thought on “Lupa

Leave a comment