Ketika Sang Penguasa di Negeri Itu Masih Mabuk dengan Kekuasaan, Cintaku yang Sekarang Masih Sibuk dengan Perasaan

Ketika sang penguasa di negeri itu melakukan penangkapan besar-besaran,
Cintaku yang dulu pernah di sana tidak lari atau bersembunyi, malah ia semakin berani;
ingin menjadi angin dingin demi mencuri kehangatan tubuhmu!

Ketika sang penguasa di negeri itu membungkam media massa,
Cintaku yang dulu bersemi pada bunga tulip telah bermekaran dan menjadi puisi dalam koran kota kita:
tak ada suara yang melarang matamu untuk membacanya diam-diam dalam pikiran; di kedalaman perasaan.

(STAR 976. Banda Aceh, 23092016, 00.00)

Hanya Sebuah Puisi

😀

Hanya sebuah puisi
yang berbasa-basi; berbahasa rapi
menyapa diri sendiri,

Hei kamu, apa kabar?

Matamu menenggelamkan matahari!
Itu sebabnya; kelam kehidupanku ketika kamu pergi.

(STAR 975. Banda Aceh, 22092016, 21.17)