Berjalan dari Kesepian

setelah mengakar kuat di tubuh,
kesepian akan tumbuh
dan menjalar seperti belukar lebat yang menyumbat telinga dari suara-suara luar
jika kau tak segera berjalan menjauh dari kesendirian itu

berjalanlah
ajak langkah-langkah kecilmu tumbuh di jalan-jalan besar
setelah lelah mendaki jalan kecil berkerikil tajam

berjalanlah
jangan takut terjatuh, Kawan
siapa saja pernah terluka di jalan kehidupan,
meskipun langkah pertama tertatih-tatih bergemetaran
ia akan melatih kesabaran

(STAR 867. Hasköy, 09062014, 21.24)

DaMar 30

kulukis garis gerimis yang melengkung
setelah lelah menulis kata-kata puitis yang tak kunjung
menurunkan hujan buat si gadis berwajah murung.

sebelum biru langit kanvas terkelupas menjadi warna senja
biarkan aku menampung sedihnya
di ruas-ruas lengkung garis putih pelangi
agar hari murungnya
lekas berganti jadi lebih berwarna-warni.

(STAR 828. Hasköy, 14012014, 23.11)

Alangkah Rindu Jerit Kata yang Resah, Basah di Pejam Matamu

sempat kudengar gemuruh kata ketika binar matamu menyentuh maknanya dari jauh. tubuhnya seperti menggelepar dihajar pijar cahaya hitam matamu.

begitu liar ia mekar, bersuara merdu memanggil namamu.

(STAR 823. Hasköy, 07012014, 22.13)

Betapa Aku

:SeuLanga

/1/
betapa aku tak pernah lupa
mengeja
namamu dalam tiap pinta
penuh harap
dengan seluruh dekap
ketulusan pada kedua tangan yang tak lelah-lelahnya
menengadah terbuka kepada-Nya.

/2/
betapa aku ingin setia senantiasa
menguncupkan makna persahabatan kita
meskipun kata-kataku tak selalu
bermekaran di berandamu.

/3/
betapa aku bisa menjadi senja yang menghapus langit birumu
supaya hari tak tenggelam terburu-buru,
tetapi aku tak akan membuatmu redup dan layu dengan rayuku.

(STAR 697. Hasköy, 02032012, 20.23)

Pada Kerjap Pagi

/1/
dan pagi membagikan dinginnya
tapi kita masih enggan menerimanya
meskipun ia tak benar-benar asing bagi tubuh kita.

barangkali jemari kita terlalu gemetar
untuk sekedar
menggenggam kenyataan yang semalaman berdebar-debar.

/2/
atau kita masih memelihara
mimpi di pelupuk mata yang
tak mengerjap pada pagi yang telanjang
bermandikan cahaya.

/3/
mungkin hujan bagai enggan
meminjamkan basahnya pada dedaunan
yang terbakar dalam sepi berkepanjangan.

/4/
barangkali aku akan memanen sunyi dari diammu;
bunyi yang terlalu lama diperam dalam kebisuan kata.

(STAR 696. Hasköy, 02032012, 18.08)

Sebuah Bintang di Kejauhan

pada saat yang tepat
dan tempat yang memikat
kau akan menemukan bintangmu

lalu kau diajaknya bercahaya
di langit berbeda

kalian akan saling berbagi sinar pelita
yang jelita

kau hanya akan mengerlip dari kejauhan
mungkin menyampaikan pesan
yang tiba-tiba menjadi susah diterjemahkan……

(STAR 607, Hasköy, 11092012, 16.26)

Sajak Penyair

jangan kau peras anggur d ujung bait sajakku
kata-kata seperti ini tak memabukkan,
cukup petik maknanya saja
sebagai santapan imaji yang mengenyangkan hati.

***

penyihir merapal kata yang mungkin menjadi syair
tetapi penyair
merangkai makna yang bisa berupa sihir

jadi jangan samakan penyair dengan penyihir
meskipun ada sajak-sajakku yang seperti menyihir
hatimu.

(STAR 606, Hasköy, 11092012, 15.31)

Merindukanmu Pada Suatu Pagi Ketika Bibir Hujan Mengecup Tepi Daun Yang Merindukan Embun

apa kabarmu Pagi?
masihkah mereka mengucapkan selamat
atas nama kamu?

sepertinya wajahmu berseri-seri
apa karena mentari
masih setia berbagi kehangatannya denganmu?

kamu tahu,
aku mengagumi keceriaanmu yang membangunkan itu.

***

apa kabarmu Hujan?
kelihatannya kamu masih saja basah kuyup
apa kamu tidak kedinginan?

atau jangan-jangan kamu
sengaja menyembunyikan air matamu
dengan membasahi sekujur tubuhmu?

oh maafkan
aku lupa
kamu memang dilahirkan
untuk selalu berair mata keajaiban.

***

apa kabarmu Embun?
masihkah kamu bergelayutan
pada tepi daun yang setia menampung segala curahan itu?

ayo ceritakan padaku
kata seperti apa yang dibisikkan daun ketika
melepasmu jatuh?
apakah ia benar-benar merelakan kepergianmu?

ah, aku percaya
kalau kalian akan tetap saling merindukan
meskipun tak sempat berkata apa-apa.

***

apa kabarmu SeuLanga?

masih merindukan pagi yang membangunkanmu?

masih merindukan hujan yang menghapus air matamu?

masih merindukan embun yang menyejukkan segala rasamu?

ah, maafkan
seharusnya aku tak mengajukan pertanyaan terlebih dahulu,
sebenarnya aku hanya ingin menuliskan;

”aku masih merindukanmu, sahabat sejatiku”

(STAR 605, Hasköy, 09092012, 21.03)

Yang Meneduhkan

:Ibu

/1/
Ibu,
aku tak ingin memejamkan mata di sini
sebab wajahmu selalu terbayang
sangat dekat di pelupuk mata
namun jemariku tak bisa menyentuhnya

/2/
Ibu,
di tanah rantau ini
bayanganku bisa menjelma rupamu
yang mengiringi langkah tertatihku

/3/
Ibu,
aku tak bisa abai
rupanya selama ini
aku menghembuskan nafas rindu yang teramat panjang

/4/
Ibu,
aku juga tak mampu
memadamkan gelisah nyala
yang menyulut kerinduan padamu

/5/
Ibu,
sebelum memejamkan mata
aku ingin rebah di pangkuanmu
sebab itu adalah tempat paling teduh
untuk segala jeda

/6/
Ibu,
biarkan aku berjeda sejenak
sambil menyentuh wajah teduhmu
meskipun hanya sekejap

(STAR 604, Hasköy, 09092012, 18.05)

Aku Ingin Cinta dan Rindu Itu Ada Apa Adanya

bagaimana mungkin aku mencintaimu
dengan sederhana
sedangkan cintaku saja belum selesai terurai
dengan kata-kata biasa

bagaimana mungkin aku merindukanmu
secara bersahaja
sementara rinduku saja belum habis kuteguk
dengan bercangkir-cangkir rasa

(STAR 600, Hasköy, 25082012, 16.09)

Kicauan Kerinduan

Ran,

pada kicauan burung pagi yang kurindukan, aku menitip sebuah sapa. agar dinyanyikan. supaya terdengar merdu di telingamu. juga aku berharap semoga sebuah sapa yang singkat ini bisa ikut dihangatkan oleh kebaikan matahari yang suka berbagi……

Ran,

pada ujung daun rerumputan di halaman rumahmu, aku gelayutkan bertetes rinduku sebagai embun. biar pagimu bisa menyejukkan segala rasa…….

(STAR 597, Hasköy, 23082012, 05.06)

Menjadi Puisi Paling Sepi

tiba-tiba sepasang tangan tumbuh dari puisi ini. lalu ia menjarah sepi. yang bukan miliknya.

aku memelotinya. kukatakan jangan. sudah banyak sunyi dalam diri. tak perlu dikumpulkan yang semacam itu lagi.

tetapi ia tak peduli. barangkali ia ingin menjadi puisi paling sepi……

(STAR 596, Hasköy, 23082012, 04.45)

Malam di Matamu

malam belum terpejam
dalam matamu gemintang
masih mengerlip dari jauh
cahaya rembulan seperti mendekat
memantulkan purnamanya
yang pucat di permukaan telaga matamu

malam di matamu
begitu memikat temaram cahaya
yang berkelana dari terang ke benderang

mungkin itu adalah isyarat rayu
tuk menggodaku
bermalam di matamu……

(STAR 595, Hasköy, 21082012, 02.25)

Sebuah Kepastian

hamba tak ragu
meskipun memacu langkah tak menentu
asalkan masih di jalan-Mu

sebab hanya
pada-Mu
kami semua akan kembali……

(STAR 594, Hasköy, 21082012, 02.11)

Dua Dua

/1/

usia hanyalah serupa

dedaunan yang luruh lembar per lembar

termakan waktu…..

 

/2/

usia hanyalah serupa

daun yang menumpuk jatuh

dikumpulkan

lalu dirayakan

dalam suatu perhitungan besar-besaran;

disulut dengan beberapa lilin kecil yang kerlip nyala

dipadamkan dengan sebaris permintaan

semacam harapan…..

 

/3/

dedaunan yang berguguran itu

tak dapat dihijaukan lagi,

biarkan berlalu

menyatu bersama waktu

yang tidak bisa menumbuhkan lagi…….

 

/4/

pucuk kembali hijau

bertunas baru

menguncupkan daun waktu

yang memekarkan aku

hingga batas tertentu….

 

/5/

pagi ini aku ingin

air matamu

yang pertama kutampung sebagai embun

penyejuk daun baru ini

 

ya,

air matamu Ibu

yang meneteskan kebahagian tak bertepi

saat menatap lembar daun pertama

yang menguncup dari pohon kasih tulusmu…..

 

/6/

kita tak pernah merayakan

pergantian apapun,

kita selalu menumbuhkan kebersamaan

meskipun hanya dalam sebuah kerinduan…..

 

/7/

:Ibu

 

barangkali getar sentuh pertamamu

mendebarkan hati kecilku

yang belum mekar sempurna

 

lalu bertahun-tahun lamanya

engkau setia menumbuhkannya

dengan satu cinta,

 

”biar cintaku berbuah ranum dulu

hingga kau bisa mencicipi cinta lainnya”.

bisikmu…..

 

/8/

dan aku hanyalah salah satu

pohon ciptaan-Nya yang tak

memendam dendam pada

hembusan angin waktu

yang memukul jatuh

dedaunan usia satu per satu……

 

/9/

pagi membangunkanku dan

membuka lembar perhitungan baru

yang telah dirayakan

oleh berbait-bait sajak yang semalaman

tak memejamkan matanya……

 

/10/

:SeuLanga

 

aku tak jadi

terbakar dalam gelisah nyala

sebab kau telah

memadamkan segala resah

dengan sebuah ucapan pertama itu…..

 

/11/

yang luruh serta menahun

seperti dedaunan itu

adalah kerinduanku;

 

hijau lalu kering kemudian hijau lagi

dalam pergantian musim…..

 

/12/

hati tak diusik sunyi

meskipun aku diam

menerawang bulir-bulir sepi

yang berjatuhan di kota ini…..

 

/13/

di titik pergantian usia

aku merangkak dewasa

melalui undakan waktu

yang menanjak dan berliku……

 

/14/

mempuisikan hari-hari lalu

tak akan pernah selesai

sebab selalu lahir hari baru

yang sekejap berlalu…..

 

/15/

:SeuLanga

 

kau mendahului matahari

dalam memekarkan kata-kata

sebagai ucapan yang hangat

dan menyentuh rasa terdalam…..

 

/16/

:Nelly

 

sore tadi rinduku

hinggap di ujung rambutmu

yang tergerai

seakan-akan melambai;

merayuku tuk segera pulang…..

 

/17/

aku ingin mengecup cintamu pelan

secara perlahan-lahan

sebab aku takut membangunkan

sebuah kerinduan yang terlalu menggelisahkan…..

 

/18/

:Aci

 

detik-detik runtuh pada penantianmu

yang senantiasa berdiri tegap kaku;

menunggu kedatanganku

di ujung lorong itu….

 

/19/

:Ibu

 

kau masih menyapu

daun-daun yang jatuh pada beranda,

sementara di kota ini

detik-detik luruh begitu saja…..

 

/20/

cinta tak letih-letih membuai

kita yang kadang-kadang terabai

dalam kesendirian

 

mari bernyanyi bersama-sama

jangan terdiam pada hening masing-masing

sebab kita adalah bagian dari lirik yang

belum selesai dijadikan lagu,

 

kita butuh irama

dari nada apa saja……

 

/21/

ada kerlip gemintang

pada kerling matamu yang

masih saja menyembul dan tenggelam

menggodaku…..

 

/22/

aku memilah kata

di temaram cahaya

sebelum bermalam pada lamunan

yang menenggelamkan makna,

 

dua puluh bait sajak berkelana

dari mata ke mata

hingga menjelma seberkah cahaya

yang menerangkan doa

terbaca:

 

”semoga sisa umurku berkah

dan segala asa akan merekah

bersama hari-hari yang akan bertambah cerah”

 

(STAR 593, Hasköy, 20082012, 22.00)

Teriakan Kerinduan

hening merayap di jalanan

yang sepi

dari deru kendaraan

 

malam telah melarutkan sepi

dari jalanan itu

dan perlahan ia meresap ke hati

yang sudah teramat dalam sunyi

 

tak ada pekikan takbiran

yang ada hanya teriakan kerinduan

penuh kekalahan

sebab aku telah ditaklukkan

dalam kesendirian…….

 

(STAR 592, Hasköy, 18082012, 22.26)

Sebuah Kepergian

: Ramadhan

 

kepergianmu

begitu duka

meskipun telah kami duga

jauh sebelumnya

 

melepas kaitan hati

yang menaut utuh

sangat susah sungguh,

tak kuterka sebelumnya

bahwa perpisahan ini semakin memberatkan

walaupun kau telah berulang kali kulepaskan

 

”selamat jalan”

bibirku bergetar mengucap perlahan,

”semoga kita kembali dipertemukan”

hatiku berdebar menguncupkan harapan.

 

(STAR 591, Hasköy, 18082012, 18.41)

Aku dan Ran

bahwa kesempatan
belum menyempatkan
dirinya mempertemukan
kau dan aku sebab jarak masih memisahkan
dan
takdir telah tertulis sedemikian
tak perlu diragukan
akan
sebuah kepastian
sebab kita telah abadi dalam persahabatan
yang memekarkan
kesetiaan
keceriaan
dan
membuahkan
kerinduan
yang meneteskan
kesejukan embun pada pertemuan
di masa depan………..

(STAR 590, Hasköy, 16082012, 02.09)

Yang Pasti

: SeuLanga

aku tak tahu pasti
apa yang disampaikankan angin lewat desaunya
pada pucuk pohon jambu itu,

aku juga belum memastikan
apa yang diceritakan air sungai melalui
deras alirnya
pada bebatuan di tepian itu,

yang pasti;
angin dan air sungai itu tahu
bahwa aku selalu
merindukanmu, sahabat sejatiku.

(STAR 589, Hasköy, 16082012, 01.52)