Jejak-jejak Kata

“Apa yang kau cari di berandanya?”
“Jejak-jejak katanya”
“Untuk apa?”
“Aku tidak tahu. Hanya karena rindu”
“Rindu? Setiap menit? Tidakkah kau bosan?”
“Tidak akan”
“Hah. Aku tidak percaya. Bisakah kau buktikan?”
“Tidak ada yang perlu dibuktikan. Aroma kesetian yang harum semerbak dari persahabatan kami telah menyaksi dalam tiap detik kerinduan jalinan abadi”
“……………..”

(Monolog 2. Yağmur Evi, 12062011, 23.37)

Luka Lama

“Apa yang kau gores dalam sepi?”
“Hanya luka lama”
“Luka katamu?”
“Iya”
“Aku tidak percaya, tidak pernah ada luka sebanyak itu sebelumnya”
“Sekarang menjadi banyak karena aku terus memeliharanya dalam sepi”
“Oh, itu bisa aku terima. Tetapi kenapa kau gores dalam kata-kata?”
“Supaya kau bisa membaca makna luka yang sesungguhnya”
“………………”

(Monolog 1. Yağmur Evi, 12062011, 23.24)