Pada Suatu Senja

pada suatu senja yang begitu jingga, langit menggugurkan kisah kita yang katanya terlampau tua untuk diceritakan pada matahari yang dibenamkan oleh laut yang selalu cemburu pada semburat senja yang bersahaja membiarkan malam menghapusnya……

(STAR 602, Bus 303, 30082012, 18.43)

Sajak Abadi

Ran,

lewat celah kata yang tak mampu memisahkan keterikatan ragam makna, aku ingin mempuisikan kamu seutuhnya.

kau tahu,
aku tak akan memabukkanmu dalam sajak anggur. meskipun sesap manis maknanya mampu mengubah rasa yang dulunya tawar.

aku juga tak akan merayumu dengan sajak rembulan. sebab kau telah lama purnama ketika berbagi cahaya kesetian dalam persahabatan

dengan siapa saja.

aku hanya akan mengabadikanmu dalam sajak-sajakku.

itu saja.

(STAR 601, METU, 27082012, 14.12)

Aku Ingin Cinta dan Rindu Itu Ada Apa Adanya

bagaimana mungkin aku mencintaimu
dengan sederhana
sedangkan cintaku saja belum selesai terurai
dengan kata-kata biasa

bagaimana mungkin aku merindukanmu
secara bersahaja
sementara rinduku saja belum habis kuteguk
dengan bercangkir-cangkir rasa

(STAR 600, Hasköy, 25082012, 16.09)

Kepergian yang Menghilangkan

pabila kita telah kehilangan huruf yang menjelaskan, biarkan kata-kata mencerai berai maknanya. sebab segala rangkaian menjadi sia-sia. merapuhkan jalinan apa saja.

tiba-tiba rahasia untaian kata tentang kita tak akan selesai diuraikan.

sebelumnya, kita tak perlu menjelaskan tentang kehilangan yang terlalu bergegas pergi tanpa berjanji untuk kembali…..

(STAR 599, Çankaya, 25082012, 13.21)

Kicauan Kerinduan

Ran,

pada kicauan burung pagi yang kurindukan, aku menitip sebuah sapa. agar dinyanyikan. supaya terdengar merdu di telingamu. juga aku berharap semoga sebuah sapa yang singkat ini bisa ikut dihangatkan oleh kebaikan matahari yang suka berbagi……

Ran,

pada ujung daun rerumputan di halaman rumahmu, aku gelayutkan bertetes rinduku sebagai embun. biar pagimu bisa menyejukkan segala rasa…….

(STAR 597, Hasköy, 23082012, 05.06)

Menjadi Puisi Paling Sepi

tiba-tiba sepasang tangan tumbuh dari puisi ini. lalu ia menjarah sepi. yang bukan miliknya.

aku memelotinya. kukatakan jangan. sudah banyak sunyi dalam diri. tak perlu dikumpulkan yang semacam itu lagi.

tetapi ia tak peduli. barangkali ia ingin menjadi puisi paling sepi……

(STAR 596, Hasköy, 23082012, 04.45)

Malam di Matamu

malam belum terpejam
dalam matamu gemintang
masih mengerlip dari jauh
cahaya rembulan seperti mendekat
memantulkan purnamanya
yang pucat di permukaan telaga matamu

malam di matamu
begitu memikat temaram cahaya
yang berkelana dari terang ke benderang

mungkin itu adalah isyarat rayu
tuk menggodaku
bermalam di matamu……

(STAR 595, Hasköy, 21082012, 02.25)

Sebuah Kepastian

hamba tak ragu
meskipun memacu langkah tak menentu
asalkan masih di jalan-Mu

sebab hanya
pada-Mu
kami semua akan kembali……

(STAR 594, Hasköy, 21082012, 02.11)

Dua Dua

/1/

usia hanyalah serupa

dedaunan yang luruh lembar per lembar

termakan waktu…..

 

/2/

usia hanyalah serupa

daun yang menumpuk jatuh

dikumpulkan

lalu dirayakan

dalam suatu perhitungan besar-besaran;

disulut dengan beberapa lilin kecil yang kerlip nyala

dipadamkan dengan sebaris permintaan

semacam harapan…..

 

/3/

dedaunan yang berguguran itu

tak dapat dihijaukan lagi,

biarkan berlalu

menyatu bersama waktu

yang tidak bisa menumbuhkan lagi…….

 

/4/

pucuk kembali hijau

bertunas baru

menguncupkan daun waktu

yang memekarkan aku

hingga batas tertentu….

 

/5/

pagi ini aku ingin

air matamu

yang pertama kutampung sebagai embun

penyejuk daun baru ini

 

ya,

air matamu Ibu

yang meneteskan kebahagian tak bertepi

saat menatap lembar daun pertama

yang menguncup dari pohon kasih tulusmu…..

 

/6/

kita tak pernah merayakan

pergantian apapun,

kita selalu menumbuhkan kebersamaan

meskipun hanya dalam sebuah kerinduan…..

 

/7/

:Ibu

 

barangkali getar sentuh pertamamu

mendebarkan hati kecilku

yang belum mekar sempurna

 

lalu bertahun-tahun lamanya

engkau setia menumbuhkannya

dengan satu cinta,

 

”biar cintaku berbuah ranum dulu

hingga kau bisa mencicipi cinta lainnya”.

bisikmu…..

 

/8/

dan aku hanyalah salah satu

pohon ciptaan-Nya yang tak

memendam dendam pada

hembusan angin waktu

yang memukul jatuh

dedaunan usia satu per satu……

 

/9/

pagi membangunkanku dan

membuka lembar perhitungan baru

yang telah dirayakan

oleh berbait-bait sajak yang semalaman

tak memejamkan matanya……

 

/10/

:SeuLanga

 

aku tak jadi

terbakar dalam gelisah nyala

sebab kau telah

memadamkan segala resah

dengan sebuah ucapan pertama itu…..

 

/11/

yang luruh serta menahun

seperti dedaunan itu

adalah kerinduanku;

 

hijau lalu kering kemudian hijau lagi

dalam pergantian musim…..

 

/12/

hati tak diusik sunyi

meskipun aku diam

menerawang bulir-bulir sepi

yang berjatuhan di kota ini…..

 

/13/

di titik pergantian usia

aku merangkak dewasa

melalui undakan waktu

yang menanjak dan berliku……

 

/14/

mempuisikan hari-hari lalu

tak akan pernah selesai

sebab selalu lahir hari baru

yang sekejap berlalu…..

 

/15/

:SeuLanga

 

kau mendahului matahari

dalam memekarkan kata-kata

sebagai ucapan yang hangat

dan menyentuh rasa terdalam…..

 

/16/

:Nelly

 

sore tadi rinduku

hinggap di ujung rambutmu

yang tergerai

seakan-akan melambai;

merayuku tuk segera pulang…..

 

/17/

aku ingin mengecup cintamu pelan

secara perlahan-lahan

sebab aku takut membangunkan

sebuah kerinduan yang terlalu menggelisahkan…..

 

/18/

:Aci

 

detik-detik runtuh pada penantianmu

yang senantiasa berdiri tegap kaku;

menunggu kedatanganku

di ujung lorong itu….

 

/19/

:Ibu

 

kau masih menyapu

daun-daun yang jatuh pada beranda,

sementara di kota ini

detik-detik luruh begitu saja…..

 

/20/

cinta tak letih-letih membuai

kita yang kadang-kadang terabai

dalam kesendirian

 

mari bernyanyi bersama-sama

jangan terdiam pada hening masing-masing

sebab kita adalah bagian dari lirik yang

belum selesai dijadikan lagu,

 

kita butuh irama

dari nada apa saja……

 

/21/

ada kerlip gemintang

pada kerling matamu yang

masih saja menyembul dan tenggelam

menggodaku…..

 

/22/

aku memilah kata

di temaram cahaya

sebelum bermalam pada lamunan

yang menenggelamkan makna,

 

dua puluh bait sajak berkelana

dari mata ke mata

hingga menjelma seberkah cahaya

yang menerangkan doa

terbaca:

 

”semoga sisa umurku berkah

dan segala asa akan merekah

bersama hari-hari yang akan bertambah cerah”

 

(STAR 593, Hasköy, 20082012, 22.00)

Teriakan Kerinduan

hening merayap di jalanan

yang sepi

dari deru kendaraan

 

malam telah melarutkan sepi

dari jalanan itu

dan perlahan ia meresap ke hati

yang sudah teramat dalam sunyi

 

tak ada pekikan takbiran

yang ada hanya teriakan kerinduan

penuh kekalahan

sebab aku telah ditaklukkan

dalam kesendirian…….

 

(STAR 592, Hasköy, 18082012, 22.26)

Sebuah Kepergian

: Ramadhan

 

kepergianmu

begitu duka

meskipun telah kami duga

jauh sebelumnya

 

melepas kaitan hati

yang menaut utuh

sangat susah sungguh,

tak kuterka sebelumnya

bahwa perpisahan ini semakin memberatkan

walaupun kau telah berulang kali kulepaskan

 

”selamat jalan”

bibirku bergetar mengucap perlahan,

”semoga kita kembali dipertemukan”

hatiku berdebar menguncupkan harapan.

 

(STAR 591, Hasköy, 18082012, 18.41)

Aku dan Ran

bahwa kesempatan
belum menyempatkan
dirinya mempertemukan
kau dan aku sebab jarak masih memisahkan
dan
takdir telah tertulis sedemikian
tak perlu diragukan
akan
sebuah kepastian
sebab kita telah abadi dalam persahabatan
yang memekarkan
kesetiaan
keceriaan
dan
membuahkan
kerinduan
yang meneteskan
kesejukan embun pada pertemuan
di masa depan………..

(STAR 590, Hasköy, 16082012, 02.09)

Yang Pasti

: SeuLanga

aku tak tahu pasti
apa yang disampaikankan angin lewat desaunya
pada pucuk pohon jambu itu,

aku juga belum memastikan
apa yang diceritakan air sungai melalui
deras alirnya
pada bebatuan di tepian itu,

yang pasti;
angin dan air sungai itu tahu
bahwa aku selalu
merindukanmu, sahabat sejatiku.

(STAR 589, Hasköy, 16082012, 01.52)

Menertawakan Kepergian

gelak tawamu
seperti mengendapkan ceria
pada tubuh malam ini
yang tak patut ditertawakan

sebab malam sedang berduka
menyaksikan kepergian ramadhan
hari perhari
mendekati gerbang Idul Fitri…..

(STAR 588, Hasköy, 16082012, 01.26)

Sebuah Tatap yang Sekejap

diam-diam aku memendam
kagum di kedalaman mataku
ketika bersitatap dengan kerjap matamu
meskipun hanya sekejap

sejak itu kekagumanku tak terpejam
walaupun tatapan kita tak pernah bersua lagi…..

(STAR 587, Hasköy, 13082012, 00.00)

Belum Menamainya Cinta

ia datang begitu saja
seperti angin yang entah berhembus dari mana
membisikkan namamu tiba-tiba,

aku belum menamainya cinta
tapi telah kutulis ia sebagai c-i-n-t-a.

ia bertamu kapan saja
semacam sahabat dekat yang kuanggap keluarga
bercerita tentangmu tak henti-hentinya,

aku belum memanggilnya cinta
tapi sudah kueja ia sebagai c-i-n-t-a.

ia bertutur sapa dimana saja
seperti udara terhirup yang bersuara
meresapkan aromamu ke rongga dada,

aku belum menyebutnya cinta
tapi telah kubaca ia sebagai c-i-n-t-a.

(STAR 586, Hasköy, 13082012, 23.44)

Buah Perpisahan

telah kupadamkan cemburu
yang kau sulut dengan api rindu
dalam sajak-sajakku

aku tak lagi menadah makna
dari ladang kata
yang dulu kutanam sebaris dua baris cerita
sejak pertemuan kita
dan kupanen huruf perhurufnya

ah
aku belum sempat memanen kata
yang ternyata
berbuah perpisahan paling duka……..

(STAR 585, Pursaklar, 12082012, 19.36)

Sebuah Ruang dan Aku

aku berbaring di sudut ruangan
menindih keempukan kasur
yang beringsut kusut.

ah
beban-beban pikiran
seperti tumpah di atas bantal
bersarung gambar mawar merah jambu
yang tak beraroma bunga.

di sisi kanan atas
sebuah jendela sangat ramah
mempersilakan angin masuk begitu saja
tanpa berderit.

dinding ruangan ini
memutihkan dirinya
ketika cahaya lampu itu menyentuhnya.

berpotong-potong kenangan
berserakan di lantai
belum sempat kumasukkan kembali
ke dalam lemari pikiran.

di luar masih sama;
malam belum memejamkan matanya,
gemintang masih mengerlip dari jauh,
rembulan rindu purnamanya
sebab hanya saat itu ia benderang sempurna
menjadi ratu malam yang jelita.

di dalam ruangan ini;
aku bisa merindukan siapa saja.

(STAR 584, Hasköy, 12082012, 01.42)

Keutuhan Kita

: my future princess

/1/
aku dan kamu adalah keutuhan
yang saling menyatukan
berbagai serpihan rasa
di hati sebagai satu cinta

/2/
ketika kau terhanyut dalam kesedihan
aku akan setia
menadah rindu dari tetesan air matamu
satu persatu…..

/3/
kita tetap menyatu
meskipun jarak dan waktu
terbentang seperti memisahkan

sebab kita bukan dua garis rel di stasiun itu
yang bersama tapi tak pernah bertemu.

(STAR 583, Wisma KBRI, 11082012, 19.58)