Karena Kamu

:Rika

Di belantara kata
Sajak-sajak yang kutuliskan menjadi jejak-jejak perasaan
Yang mengusung jarak ke satu arah, yang berujung pada satu tujuan: k a m u.

Sunyi adalah pilihan untuk tidak bersuara
Meskipun dikelilingi bunyi yang bergema,
Tapi aku ingin berkata-kata dengan pilahan cinta
Karena pilihan hatiku itu: k a m u.

Ketika rindu mendekap tubuhku, senyap itu meluruh
Menjadi ramai dengan berbagai andai
Dan menjadi semoga yang tenang ketika rindu jatuh satu per satu di atas sajadah
Karena di iringan doa-doaku telah mengular satu nama: k a m u.

(STAR 1060. Banda Aceh, 23022019, 10.35)

Hasil Rapat Sore Ini

:Rika

Bersama kata, cinta masih menemukan jalannya
Keluar dari kepadatan suara yang merapatkan barisan bagi tujuan bersama
Mendekatkan jarak pada perasaan yang bisa menempuh kejauhan perjalanan hanya dengan sekali ingatan
Seperti sekarang ini, kamu terlintas dalam pikiran dan perasaan lekas pergi menuju kamu
melewati batas yang ditentukan waktu.

(STAR 1059. Banda Aceh, 18022019, 16.55)

Bibir Pantai yang Landai Mengucapkan Selamat Pagi

:Rika

Kugoreskan namamu di tepian pantai yang landai
Kemudian dari laut yang berkemulut dengan ombak datang kata-kata yang mengajak huruf-hurufnya berenang jauh di permukaan cahaya yang terang.

Kukirimkan hembusan angin yang beraroma lautan yang kamu rindukan di kota yang kedinginan dan suka menerima kejatuhan hujan,
Semoga debur ombaknya terdengar dari sajak ini yang mendebarkan perasaanku ke tepian hatimu.

(STAR 1058. Banda Aceh, 17022019, 10.30)

Tujuan yang Memekarkan

:Rika

Seberapa sering kata-kata berjalan jauh tanpa berpaling dari perasaan yang tersesat ke masa depan?

Semakin panjang jarak yang tertempuh dengan kehati-hatian, semakin dekat hati melintas ke tujuan tanpa dipercemas oleh hujan yang barangkali akan turun sepanjang jalan.

Di berbagai perhentian, aku patuh pada peraturan
seperti menyerahkan kata-kata sepenuhnya untuk kerinduan.

Semoga bunga-bunga cinta yang kubawakan akan bermekaran di tujuan.

(STAR 1057. Banda Aceh, 12022019, 22.54)

Jika Percakapan-Percakapan Kita Sampai di Ujung Waktu, Cintaku Masih Belum Selesai Bercerita Tentangmu

:Rika

Jika percakapan-percakapan kita sampai di ujung waktu,
sisa-sisa kenangan akan terurai sebagai kata-kata yang merangkai aku dan kamu dalam satu cerita yang menyatu yang saling tuju.

Apakah kesedihan berwarna? Seperti cerita buatan kita, si Reyna yang setia menunggu yang bukan pelupa perasaan yang kemudian tak sengaja bertemu masa lalunya dengan tiba-tiba…..

(STAR 1056. Banda Aceh, 11022019, 23.40)

Langit yang Sedikit Berwarna

:Rika

Matahari sore yang merambat di luar ruang rapat tidak sempat mengantar hangatnya
pada segelas air di atas meja yang dingin dan kata-kata yang ingin lekas keluar ke batas sadar, menjadi sekelumit warna baru pada langit yang menggugurkan biru.

Rindu berpendar ke penghujung malam, cahaya cintaku tak memudar di ujung kelam
Karena namamu mengisi hati di relung terdalam.

(STAR 1055. Banda Aceh, 09022019, 20.02)

Kepada Sebuah Nama yang Menjadi Sumbu pada Lampu yang Lama tak Tersulut di Sudut Hatiku

:Rika

Setelah gelap menyala,
aku percaya pada tanda yang tersingkap dan rahasia yang terungkap, bahwa cahaya
yang terang itu datang bukan untuk mengosongkan tapi demi mengisi.

Kamu datang, lalu menyalalah aku.

Kata-kata yang berterus terang dalam surat itu
tidak akan kehilangan cahaya yang berpijar seperti bintang-bintang jauh, kerlipnya akan sampai meskipun lama waktu tertempuh,

Semoga hati tidak rapuh menerima cinta yang penuh.

(STAR 1054. Banda Aceh, 07022019, 11.33)

Kata-Kata yang Kupunya yang Sebelumnya Hilang Warna yang Sekarang Berwarna yang Kamu Suka Ingin Dirangkai Menjadi Bertangkai-tangkai Bunga, Maukah Kamu Menerima?

:Rika

Banyak orang yang melipat jarak dengan ucapan dan percakapan yang panjang karena kalimat singkat tak cukup memuat kerinduan,

Bagiku dengan sebuah sajak seperti ini pertanyaan-pertanyaan bisa bergerak lebih cepat sepanjang jarak tanpa mengharap beban balasan dari perasaan.

Adakah yang bisa memangkas kerinduan dengan lekas?
Benih-benih rindu selalu tumbuh bersama waktu yang memanjang, hilang satu datang seribu yang baru.

(STAR 1053. Banda Aceh, 05022019, 21.20)

Selamat Malam

:Rika

Kalau tidak ada madu, lebah akan pindah rumah, barangkali mereka akan mencari-cari jalan
menuju rumahmu.

Barangkali di sekujur tubuhmu sudah terang meskipun malam sedang gulita, tidak bertabur bintang,
karena nyala matamu adalah unggun yang apinya membara.

Yang pasti
percakapan-percakapan akan sampai di ujung waktu, menyisakan rindu
yang barangkali menguap dari secangkir teh manis bercampur madu.

(STAR 1052. Banda Aceh, 04022019, 22.45)

Cinta Pertama

:my future princess

Ibunda yang pertama
memberi nyala tenang pada sepasang mata yang menerima kejutan cahaya dengan tangisannya.

Ibunda yang pertama
memberi makna yang merekah indah pada kata-kata di puisi yang sembarang jadi.

Ibunda yang pertama
memberi kecup hangat pada ucapan yang menyayat hati.

Ibunda yang pertama
memberi warna merah jambu pada sepotong hati yang baru mengenal dunia dengan perasaannya.

Ibunda yang pertama

sebelum sepasang mata ini berani membaca tanda cinta di depan matamu yang bercahaya,
Ibunda yang pertama

sebelum puisi ini jadi
menjadi sajak cinta yang mengajak kata-kata dengan anggun menuju rumahmu, dengan santun melamarmu.

(STAR 1051. Banda Aceh, 03022019, 20.21)

Sebuah Jeda yang Tak Menunggu Siapa-Siapa

Malam merayakan keheningan ingatan lama dan kebisingan kenangan yang sama
Dengan mendengarkan percakapan kita setelah
sepasang kunang-kunang terbang dari beranda rumah
demi melanglang mencari sepasang matamu yang sempat bercahaya pada sebuah mimpi yang singkat.

Menunggu itu melelahkan perasaan.
Langit masih berubah warna
dan perempuan masih menangis karenanya.

(STAR 1050. Banda Aceh, 03022019, 16.33)