Bulan Menjelang Lebaran

:Ibu

telah pasang air laut yang tak bergelombang di matamu
ketika rembulan itu menyalakan kerinduanku dengan bulat sempurna;
dengan semburat purnamanya

(STAR 886. Erkam Evi, 25072014, 16.53)

Kembali Hening

:SeuLanga

dan kita kembali pada hening masing-masing;
tak ada kata-kata, tanpa suara kita menjadi asing
seperti sepi yang mengurung
diri di pori-pori kulit yang merinding

(STAR 885. Aydınlıkevler, 24072014, 20.59)

Rindu Tinggal Sekejap

:my future princess

kau akan bertanya
kata apa yang sering kurangkai sebagai kalimat singkat yang memikat matanya lewat surat beralamat kerinduan itu

kau akan bertanya
rindu seperti apa yang hinggap di bekas luka dan ia lekas meminum dukaku yang ranum, yang belum seutuhnya tersentuh matamu

kau akan bertanya
mata siapa yang memberi warna pada senja ketika langit kehilangan rona birunya sehingga dinding-dinding tua kota ini dirambati cahaya keemasan yang berkilauan sebentar sebelum sinar rembulan memancarkan kerinduanku

kau akan bertanya
mengapa rindu tinggal sekejap di mataku

(STAR 884. Erkam Evi, 21072014, 05.54)

Mata Pejuang

di kejauhan ini kami masih berlinang air mata kesedihan, meratap dalam senyap,
sementara mata kalian bergelimang cahaya perjuangan yang menghidupkan kematian-kematian kerabat dan kawan-kawan dekat sebagai semangat perlawanan sampai titik darah penghabisan

sungguh terpancar terang binar mata kalian
yang membunuh remang jalan keraguan

nyeri luka kalian telah berlabuh di tubuh kami meskipun baru separuhnya,
kami tak akan bisa merasakan seutuhnya luka dan duka kalian
sebab sebelumnya (di kejauhan ini) kami asyik memelihara kesedihan masing-masing
sehingga duka sehari-hari kalian menjadi begitu asing

kita terpisah banyak jarak memang
tapi sebenarnya kita sangat dekat
sebab kita saudara seiman
yang apabila anggota badan kalian disiksa
tubuh kami juga ikut merasakan nyeri luka

semoga saja kami bisa merasakan luka itu dengan nyata
tidak hanya pura-pura terluka dalam kata-kata

di kejauhan ini kami masih berlinang air mata kesedihan
semoga saja binar mata kalian akan membunuh remang jalan keraguan
yang menggelapkan mata kami dari perjuangan kalian.

(STAR 883. Erkam Evi, 13072014, 23.29)

DaMar 32

/1/
dan rembulan mengambang terang
setelah petang menghilang bersama senja
di langit malam yang terbentang
sebagai atap rindang yang menaungi pemimpi dari kenyataan esok hari

/2/
bulan pernah tumpah di sebuah senyuman,
masih membekas dalam kenangan.

bulan memuntahkan cahaya keperakan
sehingga malam tak memudar padam
seperti ingatan.

/3/
malam menahan kejatuhan rembulan ke dalam matamu yang permukaannya terlampau tenang ketika menampung kemilau cahaya

/4/
kadang-kadang ada kerinduan yang terapung sebentar sebelum tenggelam terlalu dalam ke dasar kolam mataku yang nyalang bercahaya itu

/5/
barangkali di mata kita ada kata-kata tak tersentuh
yang timbul-tenggelam
seperti kesedihan yang muncul-karam di wajah yang lelah dipermainkan waktu

(STAR 882. Erkam Evi, 13072014, 00.19)

Kutuliskan Kerinduan yang Bukan Untukmu

kau bilang rindu itu:
warna paling bening ketika kau lukiskan ia ke dalam wajahku

kau bilang rindu itu:
kata paling hening ketika kau ucapkan untuk menyapaku

lalu aku bilang padamu:
rindu memang kata yang paling sering kutuliskan,
tapi ia bukan untukmu

(STAR 881. Erkam Evi, 12072014, 01.51)

Dunia tak Seterang Mata Mereka yang Terluka

Dunia hanya bisa memejamkan matanya
ketika mata anak-anak Gaza yang terluka itu masih bergelimang cahaya; begitu terang menantangnya!

(STAR 880. Erkam Evi, 12072014, 01.10)

Ada Tangis Bocah Setelah Hujan Reda dan Suaranya Sempat Melengking Jauh tapi Tak Sampai ke Tempat Orang Ramai yang Berteduh dalam Keheningan

rintik-rintik hujan berjatuhan
ke dalam kolam mata beningnya
meskipun dua baris alis dan
seperdu bulu mata memayunginya

(STAR 879. Erkam Evi, 06072014, 03.20)

Berbagai Andai

terlihat berbagai andai bersiasat dalam ruang kepalaku yang ramai disesaki kenangan
dan pikiran-pikiran yang meruang ke lain masa.

terlihat berbagai andai
sangat lihai merangkai kata-kata yang sia-sia menggapai kenyataan masa sekarang,
hanya bisa kita membayang-bayangkan penyesalan lalu sebagai luka serpihan lama tak bermakna.

(STAR 878. Wisma KBRI, 05072014, 17.55)