Aside

Perempuan-Perempuan Salju

/1/
:Sherly Bintang Saputri

Jangan salahkan aku yang tak ragu-ragu
menuliskan nama indahmu di hamparan salju itu
sebab aku tahu kalian punya beberapa kesamaan:

Yang pertama; sama-sama putih bersih,

Yang kedua; sama-sama lembut menyambut
sentuhan tangan hangat dari dekat
dan langkah-langkah yang berjarak pun terpikat
sehingga kerinduan akan tumbuh dari tempat jauh,

Yang terakhir, sama-sama lahir dari keajaiban takdir yang bergilir.

/2/
:Anak Kuman

perempuan adalah salju, katamu.
kalau lagi sendirian dia kelihatan rapuh
sehingga kau bergegas merengkuhnya
agar ia tak lekas terjatuh,

tapi berhati-hatilah kau
kalau mereka sudah berkumpul banyak, apalagi setelah terinjak-injak,
mereka berubah menjadi bongkahan es yang mengeras; susah pecah
dan bisa menggelincirkan langkah siapa saja.

(STAR 918. Çubuk, 26012015, 00.28)

Ladang Hujan

/1/
hujan turun ke ladang gandum
setelah langit memberi isyarat hitam pekat
pada gugusan awan yang pasrah

ah, betapa ranum bulir-bulir gandum –kuning emas warnanya–
yang dikecup bibir hujan bulan juni –pucat pasi warnanya–.

/2/
hujan mengguyur pedesaan yang masih memelihara pucuk-pucuk hijau.

/3/
hujan menghapus jejak-jejak kemarau.

/4/
dadaku menjadi gemetar
bagai dedaunan Çınar
yang ditikam rinai hujan
berulang kali.

/5/
adakah kerinduan itu seperti hujan;
lahir dari pertanda atau kecemasan
dan wajahnya samar –sukar dibeda-bedakan.

(STAR 750. Çubuk, 09062013, 15.11)

Pada Tiap Sentuhmu

:my future princess

pada tiap sentuhmu
menjelma satu dermaga rindu;
tempat kapal-kapal keterasingan berlabuh
dari jauh.

lalu kau menjadi seorang Ibu
yang rela melepaskan kapal-kapal kerinduan itu
-ke samudra lepas yang ganas,
ke lain musim yang silih berganti-
setelah bertahun-tahun menjadi tempatnya bertambat
dan mengikat dari segala keterasingan.

(STAR 749. Çubuk, 08062013, 18.01)

Lagi-Lagi; Rindu!

Sebuah ruangan yang dihuni sepi. Seperti tak berjendela. Tak ada kursi atau meja. Dan sepotong rindu tergeletak di lantai. Seperti terperangkap sendiri.

Kerlap-kerlip lampu di kejauhan tak bisa menembus tirai jendela. Hanya terlihat garis-garis bercahaya di celahnya. Seperti sebuah lukisan yang entah maknanya.

Rindu itu aku yang punya!
Memang kubiarkan ia tergeletak sendirian. Biar lantai yang dingin bisa membuatnya menginginkan kehangatan.

Aku rindu pada semua yang pernah aku rindukan sebelumnya. Aku rindu pada segala yang ingin kurindukan seutuhnya. Aku juga rindu pada beberapa hal yang tak ingin kurindukan sebelum dan setelahnya.

(Fragmen 1. Çubuk, 08062013, 23.58)

Hanya Ada Kata-Kata, Seperti Biasa

Ran, tak ada yang berbeda. hanya ada kekosongan sementara yang menyuguhkan jeda antar kata, antara kita.

Ran, adakah kerinduan yang berguguran menjadi lembar harian berwarna hijau muda? seperti kenangan yang tak bisa menguning tua. sebab ingatan selalu memekarkan kebersamaan kita yang jauh, yang teduh.

Ran, apa kabar? kuharap kau lekas sembuh.

(STAR 748. Çubuk, 09062013, 15.24)

DaMar 21

seperti sentuhan pertama pagi
pada mata yang sempat terjerat dalam semburat sepi.

seperti nasihat
dalam isi pesan singkat yang memikat.

seperti sepotong hati
yang tak mesti
selalu menerima yang tak pasti.

seperti kamu yang senantiasa menyalakan
api persahabatan
dari bara kekaguman.

(STAR 747. Çubuk, 08062013, 00.00)

Yang Tersisa dari Sia-Sia

akhirnya ia datang juga;
kantuk yang tertunda
yang semalaman berjaga-jaga
sendirian
di batas kesadaran.

sebentar lagi pagi menyusup
ke dalam malam bercahaya redup.

dan aku seperti menemukan
yang tersisa
dari sebuah kerinduan
yang sia-sia.

(STAR 746. Çubuk, 06062013, 01.33)