Malam semakin larut. Entah kenapa mataku belum terpejam. Berbagai peristiwa yang ingin kulupakan muncul kembali ke permukaan.
Kulirik sepintas diary berwarna merah muda itu. Ia masih tergeletak di meja belajar. Enggan kusentuh. Percayalah. Aku tidak menginginkan kehadirannya di ruangan ini. Juga tidak ada ruang spesial buatnya.
Semua berawal dari sebuah perhatian seseorang padaku. Tak pernah kuduga sebelumnya kalau semua ini sangat berlebihan. Ia telah terjebak dalam perangkap perasaannya sendiri. Sungguh aku tidak memasangnya. Tiba-tiba saja ia memberikan kejutan yang berhasil mengejutkanku. Sebuah akhir penuh kejutan.
Ia telah berubah. Perhatiannya itu yang telah mengubahnya. Sialnya aku baru sadar setelah membaca halaman pertama diary merah muda itu:
“Adikku, telah mekar sekuntum mawar merah muda di taman hati Abang. Ia harum semerbak. Wanginya menggugah rasa yang telah lama membuncah di dada.
Sejak bertemu denganmu, hari-hariku kembali berwarna. Aku menemukan keceriaan mentari di wajahmu yang menghangatkan pagiku. Purnama di wajahmu selalu benderang di langit malamku.
Adikku yang jelita, kau adalah sekuntum mawar merah muda itu.
Ya, hanya namamu seorang yang mekar di hati Abang.
Maaf karena Abang baru berani mengungkapkan rasa terpendam ini di hari perpisahan kita. Terimalah hadiah tulusku berupa diary berwarna merah muda ini. Semoga kau mengisi lembar-lembar halaman selanjutnya dengan curahan kata-katamu. Semoga saja makna kebersamaan kita bermekaran di diary ini.
The man who adores you.”
Kubiarkan halaman selanjutnya kosong. Aku tak akan menulis sepatah kata pun. Sebab semuanya, termasuk dirinya, adalah omong kosong !
(CerMin 13. Akyurt, 25012012, 07.39)
*kisah di atas adalah fiktif belaka, pabila ada kesamaan kisah atau peristiwa, memang disengaja.