Pasukan Kata yang Bersiap Menaklukkan Keheningan Kita

:SeuLanga

/1/
tak terdengar
lagi derap langkah pasukan kata
yang dulu sempat menggetarkan ranah imaji kita,
segala-galanya menjadi samar-samar
dalam keheningan;
sesenyap ruangan yang dibiarkan
berdebu dalam ingatan dan kenangan.

/2/
tak diriwayatkan
lagi kisah penaklukan yang menggugah kerinduan
ketika kita mengibarkan panji kemenangan
di atas puing-puing kata yang berserakan.

/3/
seperti sajak-sajak
yang mengajak
kita kembali pada awal kata
sebelum ia meraibkan makna
di kedalaman telaga mata,

aku mencoba membariskan pasukan kata
yang suara-suaranya bergemuruh memecahkan keheningan kita.

(STAR 693. Yasir Evi, 18022013, 22.37)

Melankoli Diri

angin diam.

*

terlalu rindu memang
jika kuinginkan kamu
menjadi cahaya pertama yang
membangunkan pagi di langit hatiku.

*

langit kusam.

*

aku seperti malam
yang hanya berani
menyuguhkan mimpi-mimpi.

*

kata-kata tersirap.

*

aku seperti seruling yang tertiup dari bibir angin;
bunyi yang begitu melengking dalam keheningan.

kadang-kadang sunyi seperti itu menyayat hati;
dengan mata pisau diam
ia menggores kembali
luka-luka lama yang terpendam.

*

ah, selalu saja ada kata-kata melankoli
dalam puisi yang menafsir diri.

(STAR 692. Yasir Evi, 16022013, 13.21)

DaMar 14

/1/
mungkin kerinduan pada seseorang
yang kamu kagumi itu
segelisah tangkai daun yang terpetik angin lalu,
setabah tanah yang ingin menumbuhkan, atau
secerah matahari siang tadi yang menghitamkan bayangku.

/2/
tersenyumlah
meskipun rintik-rintik hujan yang selalu basah
itu sering memaksamu berteduh
pada sebuah ingatan
yang menggelisahkan.

/3/
telah kaulayarkan perahu kertas bermuatan kenangan,
ia akan berlabuh di semenanjung harapan
yang mengobati gelisah perjalanan
yang meredam amukan kerinduan.

mungkin ketika ada awan
hitam pekat yang terapung di langit kotamu, kamu akan
mengunjunginya dengan kapal-kapal ingatan.

/4/
barangkali aku telah menjelma angin
yang diam-diam mempercepat laju kapal itu
yang sebelumnya juga membujuk awan itu
agar terapung jauh ke langit kotamu.

(STAR 691. Yasir Evi, 14022013, 18.49)

Yang Tak Terucapkan

laut tenang.
ombak-ombak itu tak gusar
meskipun sebagian tubuhnya telah terdampar
jauh ke tepian pantai yang pasir putihnya terhampar.

langit gamang.
tadi siang awan putih itu terapung jauh,
senja ini ia kembali untuk menerima kilau warna,
lalu laut yang tenang menelan semburat jingga itu.

aku antara tenang dan gamang
menyaksikan perubahan-perubahan
yang tak terucapkan……

(STAR 690. Yasir Evi, 09022013, 23.28)

Bukankah Kita (5)

bukankah kita telah saling jatuh cinta,
jauh sebelum tiga kata itu merekahkan bibir merahmu yang
sempat bergetar
seperti kelopak mawar merah yang baru saja mekar?

(STAR 689. Yasir Evi, 09022013, 22.32)

Bukankah Kita (4)

bukankah kita ingin menjadi kata sederhana;
yang tak sengaja merahasiakan makna sebenarnya dari tatapan mata yang
memaksa mengurainya dengan ragam pemahaman bahasa?

(STAR 688. Yasir Evi, 09022013, 22.23)

Bukankah Kita (3)

Bukankah kita telah menentukan arah tujuan, jauh sebelum sebuah keberangkatan menyembunyikan beban-beban perjalanan?

(STAR 687. Yasir Evi, 09022013, 22.15)

Aside

Hujan di Wajah Teduhmu

:my future princess

aku harap hujan segera turun
dari matamu
supaya tak ada yang ragu-ragu
meluapkan kegelisahannya di sungai yang
mengalir ke tepi bibir ranummu;
biar rekah mawar merah itu tak susut
setelah rintik-rintik hujan surut.

(STAR 684. Yasir Evi, 06022013, 18.39)