Aku sempat tertawan pada usia kekaguman yang singkat.
Secara tiba-tiba, tak terduga, mataku terpedaya pada keanggunannya di siang itu. Sungguh aku tak berani menatapnya lekat-lekat, hanya sepintas lirikan saja.
Rasa gugup berdegup tak biasanya. Pertemuan pertama pada sebuah kesempatan atau moment spesial ternyata mampu mengubah sikapku di hari-hari berikutnya. Tak karuan hatiku mendenyutkan namanya. Mengaguminya.
Perpaduan antara warna kesukaanku dan gerimis sore itu melukis kisah baru di kanvas hidupku. Rupanya aku terlalu egois dalam merumuskan kisah itu. Tak bertahan lama. Sebab aku salah memaknai kekagumanku itu.
(CaRing 5. Perçin Evi, 18052012, 12.24)