Senin Kita yang Terpilin Cahaya

:Istriku

Cahaya meluaskan panas matahari yang ingin menghangatkan nyala semangat kata-kata
yang barangkali terkapar dingin di ruangan karena lapar dan dahaga,
dan kutuliskan mereka sebagai rangkaian bunga yang beraroma cinta berwarna cerah menyala
yang memulihkan dahaga serangga.

Reranting meranggas; tak lekas melepas kepergian dedaunan yang akhirnya berubah warna dan dipetik angin dengan santainya,
Sayangku, tak akan kubiarkan namamu luruh dari puisi-puisiku meskipun langit berubah warna dan segala kata menggoda.

Suhu ruangan naik turun karena hembusan dingin buatan dan kata-kata berserakan di atas meja kerja; ingin segera berbaris manis di hadapan matamu yang menyejukkan segala suasana.

(STAR 1158. Banda Aceh, 06012020, 13.00)

Kobaran Nyala Kata

:Istriku

yang tidak akan padam dalam hembusan angin malam
adalah kobaran nyala kata yang mengunggun karena dirimu membuat mataku betah berkemah lama-lama
menjelajahi jejak-jejak cahaya ke dalam sebuah sajak cinta

yang sedang berenang di langit biru ini adalah cahaya matahari dan gerimis tipis yang menepis pergantian warna,
segala suasana akan berubah-ubah, tapi Sayangku
cintaku padamu selalu berbekas di sana seperti ciuman yang membiarkan perasaan telanjang dalam warna-warna

(STAR 1157. Banda Aceh, 04012020, 15.20)

Alangkah Berbahagianya Kita

:istriku

ke mana rembulan?
kenapa langit gelap pada sebatas pandang di atas apartemen ini?

gemerlap kota pada ketinggian teras lantai dua puluh lima ini tidak bisa melenyapkan terangnya nyala cinta pada kedua mata kita
yang saling berkata-kata
setelah sepanjang hari berjalan-jalan pada suasana berbeda rupa; antara kota dan rimba

Sayangku, rupanya rembulan singgah pada wajahmu
betapa merekah rona pada cerah bahagia di bawah matamu
yang memadukan warna bulan dan manisnya madu
pada pertemuan beberapa kecup kita yang tak akan cukup memekarkan kuncup kata-kata,
alangkah berbahagianya kita!

(STAR 1156. Banda Aceh, 03012020, 15.12)