/1/ Puisi adalah hari ini yang terisi sendiri
meskipun kita belum sempat berbuat apa-apa
/2/ belum berkata-kata pada cahaya pertama setelah mata menerima pagi yang terang sempurna.
/3/ Beberapa kalimat singkat tersesat dalam malam yang lebat, begitu hebat rindu itu!
/4/ Terburu-buru aku berkata tanpa jeda.
/5/ Berburu suara kamu dalam kesenyapan kita.
/6/ Hujan tak pernah bosan terjatuh dari pelukan awan, sayangku
/7/ aku jatuh cinta padamu
seperti itu, sesering itu.
/8/ Ombak mengantar riak ke tepian,
/9/ sebentar saja menahan perpisahan dengan kesepian yang memanjang dari pagi sampai petang, tak akan menggapai jalan pulang.
/10/ Kutemukan kata-kata pada pertemuan kita,
/11/ sapaan mata yang menerima tanpa meminta balasan perasaan,
/12/ sentuhan yang sempurna sehingga hati kemudian berkata cinta dengan sederhana tanpa meminta balasan yang sama.
/13/ Cinta hanya diucapkan seperti biasa, bukan?
/14/ Apa ada kenangan yang bisa kita hilangkan di bayangan yang berjalan di siang hari?
/15/ Agar kita bisa benar-benar berjalan sendirian, tanpa teringat bisikan perasaan dan tersengat kerinduan.
/16/ Kata-kata mudah diucapkan sebagai perayaan pergantian tahun biasa tetapi lebih susah dituliskan dalam merayakan pertukaran angka usia yang biasa-biasa saja.
/17/ Hari lahir penyair terikat dengan takdir kata-kata terakhir yang memikat kematian lebih dekat.
/18/ Terlalu sering kita menjadi asing dalam diri sendiri,
/19/ tidak mengenal yang kekal dalam hati bukan ratusan perasaan
/20/ tapi keinginan-keinginan yang tak berhenti
/21/ Wahai penyair muda!
/22/ Tak perlu berlari mencari warna-warni cinta ke ujung bumi
/23/ Terkadang kita sedang berdiri sendirian
/24/ dan ada pelangi yang datang menghiasi kesepian langit hati
/25/ Selamat berulang tahun, penyair muda!
/26/ meskipun bulan-bulan tidak lagi sama
/27/ dan seperti biasa tanpa ucapan apa-apa dari siapa-siapa
/28/ tetapi selalu ada kecupan pada bibir kata.
(STAR 1045. Banda Aceh, 21102018, 13.44)