Seperti Kata-Kata pada Percakapan Singkat, Aku Tahu untuk Berhenti Setelah Menemukan Tanda Titik Itu

Seperti detik-detik yang berguguran setelah sebuah tanda titik, berharap lenyapnya kebekuan di antara kata sehingga mata bisa bercerita tentang kekakuan kita.

Seperti jemari yang menyentuh layar ponsel dengan getaran yang dirahasiakan hati pada debar perasaan sendiri, berharap senyap berganti tatap yang ramai dari matamu yang bercahaya, sehingga dalam sekejap aku akan mendekap keberanian untuk mengucap kata yang pernah hilang pada gelap kenangan.

Seperti kata-kata pada percakapan singkat itu,
aku tahu
untuk berhenti seberapa waktu
setelah menemukan tanda jeda pada titik itu.

(STAR 1047. Banda Aceh, 24102018, 21.21)

Doki-Doki

:N

Tegarnya hati kupertahankan pada ujung jemari yang bergetar setelah menyapa dengan kata-kata yang bukan puisi,

Hai kamu, apa kabar diriku yang memberikan pesan pertama dengan malu-malu tapi mau berkenalan dengan matamu?

(STAR 1046. Banda Aceh, 21102018, 14.50)

Dua Delapan

/1/ Puisi adalah hari ini yang terisi sendiri
meskipun kita belum sempat berbuat apa-apa
/2/ belum berkata-kata pada cahaya pertama setelah mata menerima pagi yang terang sempurna.

/3/ Beberapa kalimat singkat tersesat dalam malam yang lebat, begitu hebat rindu itu!
/4/ Terburu-buru aku berkata tanpa jeda.
/5/ Berburu suara kamu dalam kesenyapan kita.

/6/ Hujan tak pernah bosan terjatuh dari pelukan awan, sayangku
/7/ aku jatuh cinta padamu
seperti itu, sesering itu.

/8/ Ombak mengantar riak ke tepian,
/9/ sebentar saja menahan perpisahan dengan kesepian yang memanjang dari pagi sampai petang, tak akan menggapai jalan pulang.

/10/ Kutemukan kata-kata pada pertemuan kita,
/11/ sapaan mata yang menerima tanpa meminta balasan perasaan,
/12/ sentuhan yang sempurna sehingga hati kemudian berkata cinta dengan sederhana tanpa meminta balasan yang sama.
/13/ Cinta hanya diucapkan seperti biasa, bukan?

/14/ Apa ada kenangan yang bisa kita hilangkan di bayangan yang berjalan di siang hari?
/15/ Agar kita bisa benar-benar berjalan sendirian, tanpa teringat bisikan perasaan dan tersengat kerinduan.

/16/ Kata-kata mudah diucapkan sebagai perayaan pergantian tahun biasa tetapi lebih susah dituliskan dalam merayakan pertukaran angka usia yang biasa-biasa saja.

/17/ Hari lahir penyair terikat dengan takdir kata-kata terakhir yang memikat kematian lebih dekat.

/18/ Terlalu sering kita menjadi asing dalam diri sendiri,
/19/ tidak mengenal yang kekal dalam hati bukan ratusan perasaan
/20/ tapi keinginan-keinginan yang tak berhenti

/21/ Wahai penyair muda!
/22/ Tak perlu berlari mencari warna-warni cinta ke ujung bumi
/23/ Terkadang kita sedang berdiri sendirian
/24/ dan ada pelangi yang datang menghiasi kesepian langit hati

/25/ Selamat berulang tahun, penyair muda!
/26/ meskipun bulan-bulan tidak lagi sama
/27/ dan seperti biasa tanpa ucapan apa-apa dari siapa-siapa
/28/ tetapi selalu ada kecupan pada bibir kata.

(STAR 1045. Banda Aceh, 21102018, 13.44)