Sore yang Akan Terkenang

:Rika

apakah ada kata-kata yang duduk di antara kita
pada batas udara yang tak terlihat
yang dekat menempuh perjalanan pulang yang dijauhkan karena macet membuat waktu mengaret di jalan
tetapi membuat kita lebih lama bersama
berbagi keheningan dan cerita apa saja, memperdengarkan debar perasaan yang menyenangkan

(STAR 1128. Tangerang, 23062019, 17.21)

Gate Q11

:Rika

di ruang tunggu
barisan langkah terhenti untuk sebuah tuju
hanya bersinggah sebelum naik ke ketinggian yang perlahan-lahan meredakan laju
bersiap mendaratkan harapan, memulangkan rindu

aku menulis tentangmu
di kota yang entah berkuala tapi pasti berlumpur, di hutan sawit pinggiran bandara
sehabis hujan reda

di mana saja aku berdiri
atau terbang di awang-awang tertentu
tetap saja perasaan ini ada bersamamu

(STAR 1127. Kuala Lumpur, 22062019, 18.15)

Pintu Kecemasan

:Rika

Anak-anak kapal memeragakan keselamatan
Kata-kata hanya numpang terbang melewati ketinggian awan
yang tak bisa digapai melalui sebatas pandang.

Seharusnya pada tiket penerbangan ini bertuliskan tujuan
bertuliskan namamu yang kutuju dengan segala kerinduan.

Pada jarak yang tertempuh
masih ada sisa-sisa waktu yang belum terengkuh
Aku duduk jauh dari pintu kecemasan
Kata-kata tak perlu melaluinya, bisa mencapai pintu matamu kapan saja.

(STAR 1126. Banda Aceh – Kuala Lumpur, 22062019, 10.00)

Para Penumpang yang Terhormat, Sesaat Lagi Kata-Kata Akan Mendarat di Bandar Udara Cinta, Tidak Ada Perbedaan Waktu antara Hati Kita yang Saling Cinta

:Rika

Pesawat mendarat pada landasan bandara
setelah melintas udara yang membebaskan keinginan kata-kata
untuk segera bertemu matamu
lalu menyampaikan cintaku
yang tidak akan lepas landas dari hatimu.

Sayangku, awan bisa saja menawanmu
langit bisa saja memingitmu
angin bisa saja mengangankanmu,
tapi aku akan selalu bertahan setia mencintaimu.

(STAR 1125. Banda Aceh, 19062019, 17.12)

Perihal Waktu

:Rika

hari ini seperti biasa
tak ada yang bertanya “ini hari apa?”
pikiran juga sedang menikmati liburan, meliburkan diri dari pertanyaan-pertanyaan tak terduga
mungkin karena ingatan semakin berhemat
untuk menyimpan potongan-potongan adegan kehidupan yang menurutnya biasa-biasa saja, tidak rumit
jadi dibiarkannya saja Waktu mendaur ulang, siapa tau ada yang berulang jadi sesuatu yang sulit
untuk dibayangkan

hari ini seperti biasa
hanya kata-kata yang kupunya
yang bertahan setia dan untungnya tidak bertanya kenapa
aku merawatnya setelah mata menangkap huruf-hurufnya dari beraneka peristiwa
lalu barangkali telah kuperbesar maknanya sehingga mereka bisa bercakap-cakap kepada Waktu yang buta aksara

hari ini seperti biasa
hari tiba dan mengambil segala yang bukan milikku termasuk suasana
yang sempat menjerat rindu supaya berlama-lama
berjaga di perbatasan perasaan yang menghalau galau atau semacam risau

hari ini seperti biasa
ada yang bisa merasa bahagia
dari kejadian-kejadian sederhana
yang bukan bagian dari rencana,
ternyata terkadang Waktu bisa datang lebih cepat membawa tawa
meskipun ada yang terganggu ketika ia lewat tanpa memberikan apa-apa

hari ini seperti biasa
ada keinginan untuk menuliskan puisi yang panjang rangkaian kata-katanya
supaya ada yang membaca lebih lama
dan aku bisa balas menatap matamu berlama-lama
sebelum Waktu mengakhiri segalanya.

(STAR 1124. Banda Aceh, 18062019, 19.24)

Cinta Bukan Memadamkan, Cinta Selalu Menyalakan

:Rika

Matahari yang bisa melelehkan itu tak bisa meremehkan senyumanmu yang bisa meluluhkan hati ini
yang memperjalankan perasaan menujumu
dan tak tahu di mana harus berhenti
selain pada hatimu.

Matahari masih mencerahkan suasana yang ada hingga pada akhirnya sirna
dalam malam yang meredupkan nyala
Tetapi cintaku selalu bercahaya
menerangi kerinduan kita.

(STAR 1123. Banda Aceh, 17062019, 11.53)

Langit yang Selalu Berombak dengan Udara dan Awan yang Tak Bisa Saling Melepaskan

:Rika

Kemarin hanya sebatas igauan angin
dan ingatan bisa saja menyimpannya sebagai kenangan yang ingin
dijejalkan ke besok yang mungkin masih dingin.

Di mana gerangan kita bisa merawat mimpi yang sekarat jika mata tetap terbuka
dan kantuk belum tiba,
malam melayat yang pergi bersama waktu yang terantuk-antuk membentur dinding sepi
yang membentang sepanjang puisi ini; batas antara kata dan kita.

Di pinggir lanskap kita saksikan tangan-tangan yang melambai pada udara yang tak sanggup digapai seluruhnya,
Udara yang masih menyimpan benih-benih cinta kita
dan tak ada yang berhak melepasnya.

Aku mencintaimu sebagaimana langit yang selalu berombak dengan udara dan awan yang tak bisa saling melepaskan.

(STAR 1122. Banda Aceh, 16062019, 15.27)

Di Cafe Teras Pelangi

:Rika

di kota ini
ombak diajak menjauh dari tepian pantai; pasir yang terhampar sendiri, riak-riak hanya terdampar pada tembok batu
yang kaku sebagai pembatas yang ragu.

melewati alun-alun kota yang sepi
ingin kurasakan hembusan angin dari laut yang sekian lama berkemelut tanpa kukunjungi,
padahal sebenarnya aku hanya ingin melihat tempat yang pernah kamu singgahi, barangkali
ada kata-kata yang tertinggal di sana
menungguku tiba merangkainya menjadi setangkai puisi
yang akan kukembalikan kepada kamu yang kurindukan berkali-kali.

(STAR 1121. Sigli, 14062019, 14.06)

Jalan Perasaan yang Menujumu

:Rika

Sebuah jalan hanyalah jalan yang sembarang membentangkan tujuan
Tetapi jalan yang menujumu selalu berbeda karena memekarkan perasaan
sehingga bunga-bunga cinta merekah menyerbukkan kerinduan.

Dekat atau jauh pada jarak akan tertempuh bersama waktu yang melaju ke depan,
Biarkan yang terlewatkan menetap sebagai kenangan
yang barangkali akan melayat ingatan yang sekarat karena dilupakan

Maka, pada waktu-waktu tertentu
kenanglah kita yang berpetualang bersama kata-kata yang memperjalankan perasaan dari bertemu hingga kembali rindu.

(STAR 1120. Laweung – Banda Aceh, 11062019, 14.21)

Karena Aku Ingin Menjadi Penyair Untuk Kamu

:Rika

Karena aku ingin menjadi penyair,
angin bisa saja menangis dengan air hujan yang dirintikkannya ke segala arah sehingga ada basah yang tergenang dan terkenang sewaktu aku berjalan menuju rumahmu.

Karena aku ingin menjadi penyair,
awan bisa saja menyembunyikan matahari agar hilang bayang yang mengikuti langkah kakimu
biar ada aku saja yang berjalan di sisimu.

Karena aku ingin menjadi penyair,
langit bisa saja meluas tanpa batas tanpa ujung yang jelas sehingga senantiasa sedia menampung segala rahasia dan duka yang belum rampung menjadi kata-kata.

(STAR 1119. HOME, 10062019, 18.11)

Cintaku adalah Bunga yang Tak Akan Layu

:Rika

Sebelum langkahmu tiba di rumah setelah lebaran
telah kubukan pintu hatiku selebar-lebarnya; kupersilakan kamu masuk kapan saja, tanpa perlu ketukan,
cukup katakan dan rasakan bahwa kamu benar-benar berbahagia.

Sayangku, senyuman yang mekar pada wajahmu telah menjauhkan diriku dari mimpi
sehingga mata terpejam sedikit lebih lama di malam hari
semakin dekat dengan kenyataan untuk bersama dirimu yang terang-terangan mencintaiku seperti
matahari yang memekarkan bunga-bunga sepanjang hari.

(STAR 1118. HOME, 09062019, 18.01)

Suasana Pagi di Rumah yang Penuh Ingin untuk Segera Bersamamu

:Rika

Sepasang burung hinggap di ranting pohon mangga
Barangkali sedang mendengar gerisik sapulidi yang menyapu daun dan bunga belimbing
Mengusik tidur kuncup bunga di teras yang ingin lekas dimekarkan matahari.

Sayangku, pagiku bersuara lebih merdu setelah segalanya dalam diri jadi rindu kepadamu.

Ikan-ikan tak akan bisa menembus batas kolam
Mungkin mereka tidak ingin keluar dari air yang bebas menggerakkan tak seperti udara yang kering,
Ikan-ikan berenang riang seakan-akan berada di aliran tanpa kesedihan.

Cintaku, tak ada yang lebih bebas selain perasaan yang ingin melepaskan kecemasan pada hal-hal yang sementara tak berbekas di ingatan, kemudian lepas enggan.

Sepasang burung telah terbang membumbung.
Segerombolan ikan hanya bisa berenang di alam kolamnya.
Aku mencintaimu lebih dari itu.

(STAR 1117. HOME, 02062019, 17.08)