Rindu Lama

:Nelly

/1/
tentu tak ada rindu yang baru untuk adikku yang cantik. aku (akan) pulang dengan rindu yang sama, dengan rindu lama; rindu yang telah usang tapi tak pernah lekang dari dentang waktu.

/2/
tiada yang memelukku lebih erat selain rindu sesaat. rindu yang singkat tapi sangat cepat mengantarku pulang ke pelukan hangat orang-orang yang aku sayang.

/3/
jika kau bertanya apa itu rindu, jawabanku akan sesederhana ini: rindu adalah jubah sang waktu yang paling usang, compang-camping tapi ia selalu mengenakannya ketika mengunjungi kesepianku, lalu ia mencopot jubahnya sebentar buat menyelimuti tubuhku agar tak lagi dikerubungi sepi.

(STAR 872. Aydınlıkevler, 19062014, 02.06)

Meskipun Pertemuan telah Menyiapkan Perpisahan

:Nelly

rambutmu selebat hujan
ketika terakhir kali aku mengusap kepalamu;
perlahan-lahan aku mengucapkan perpisahan.

pagi itu
rambutmu tergerai seperti melambai
kepergianku.

belum sempat kubalas lambaian itu
sebab aku tak ingin mengenangnya
sebagai sebuah perpisahan………

(STAR 656. Yasir Evi, 12112012, 18.16)

Memetik Senyummu dalam Keheningan yang Dipudarkan Keramaian

:Nelly

senyummu itu
terlalu merekah di pucuk bibirmu,
biarkan aku memetiknya
dengan dua kelopak berlinang air mata
agar bisa kualiri ladang-ladang puisiku
untuk memekarkan bertangkai makna
yang berkata-kata rindu seperti ini….

(STAR 618, Perçin Evi, 28092012, 21.50)

Dua Dua

/1/

usia hanyalah serupa

dedaunan yang luruh lembar per lembar

termakan waktu…..

 

/2/

usia hanyalah serupa

daun yang menumpuk jatuh

dikumpulkan

lalu dirayakan

dalam suatu perhitungan besar-besaran;

disulut dengan beberapa lilin kecil yang kerlip nyala

dipadamkan dengan sebaris permintaan

semacam harapan…..

 

/3/

dedaunan yang berguguran itu

tak dapat dihijaukan lagi,

biarkan berlalu

menyatu bersama waktu

yang tidak bisa menumbuhkan lagi…….

 

/4/

pucuk kembali hijau

bertunas baru

menguncupkan daun waktu

yang memekarkan aku

hingga batas tertentu….

 

/5/

pagi ini aku ingin

air matamu

yang pertama kutampung sebagai embun

penyejuk daun baru ini

 

ya,

air matamu Ibu

yang meneteskan kebahagian tak bertepi

saat menatap lembar daun pertama

yang menguncup dari pohon kasih tulusmu…..

 

/6/

kita tak pernah merayakan

pergantian apapun,

kita selalu menumbuhkan kebersamaan

meskipun hanya dalam sebuah kerinduan…..

 

/7/

:Ibu

 

barangkali getar sentuh pertamamu

mendebarkan hati kecilku

yang belum mekar sempurna

 

lalu bertahun-tahun lamanya

engkau setia menumbuhkannya

dengan satu cinta,

 

”biar cintaku berbuah ranum dulu

hingga kau bisa mencicipi cinta lainnya”.

bisikmu…..

 

/8/

dan aku hanyalah salah satu

pohon ciptaan-Nya yang tak

memendam dendam pada

hembusan angin waktu

yang memukul jatuh

dedaunan usia satu per satu……

 

/9/

pagi membangunkanku dan

membuka lembar perhitungan baru

yang telah dirayakan

oleh berbait-bait sajak yang semalaman

tak memejamkan matanya……

 

/10/

:SeuLanga

 

aku tak jadi

terbakar dalam gelisah nyala

sebab kau telah

memadamkan segala resah

dengan sebuah ucapan pertama itu…..

 

/11/

yang luruh serta menahun

seperti dedaunan itu

adalah kerinduanku;

 

hijau lalu kering kemudian hijau lagi

dalam pergantian musim…..

 

/12/

hati tak diusik sunyi

meskipun aku diam

menerawang bulir-bulir sepi

yang berjatuhan di kota ini…..

 

/13/

di titik pergantian usia

aku merangkak dewasa

melalui undakan waktu

yang menanjak dan berliku……

 

/14/

mempuisikan hari-hari lalu

tak akan pernah selesai

sebab selalu lahir hari baru

yang sekejap berlalu…..

 

/15/

:SeuLanga

 

kau mendahului matahari

dalam memekarkan kata-kata

sebagai ucapan yang hangat

dan menyentuh rasa terdalam…..

 

/16/

:Nelly

 

sore tadi rinduku

hinggap di ujung rambutmu

yang tergerai

seakan-akan melambai;

merayuku tuk segera pulang…..

 

/17/

aku ingin mengecup cintamu pelan

secara perlahan-lahan

sebab aku takut membangunkan

sebuah kerinduan yang terlalu menggelisahkan…..

 

/18/

:Aci

 

detik-detik runtuh pada penantianmu

yang senantiasa berdiri tegap kaku;

menunggu kedatanganku

di ujung lorong itu….

 

/19/

:Ibu

 

kau masih menyapu

daun-daun yang jatuh pada beranda,

sementara di kota ini

detik-detik luruh begitu saja…..

 

/20/

cinta tak letih-letih membuai

kita yang kadang-kadang terabai

dalam kesendirian

 

mari bernyanyi bersama-sama

jangan terdiam pada hening masing-masing

sebab kita adalah bagian dari lirik yang

belum selesai dijadikan lagu,

 

kita butuh irama

dari nada apa saja……

 

/21/

ada kerlip gemintang

pada kerling matamu yang

masih saja menyembul dan tenggelam

menggodaku…..

 

/22/

aku memilah kata

di temaram cahaya

sebelum bermalam pada lamunan

yang menenggelamkan makna,

 

dua puluh bait sajak berkelana

dari mata ke mata

hingga menjelma seberkah cahaya

yang menerangkan doa

terbaca:

 

”semoga sisa umurku berkah

dan segala asa akan merekah

bersama hari-hari yang akan bertambah cerah”

 

(STAR 593, Hasköy, 20082012, 22.00)

Princess Nelly

Dua tahun lima bulan tak bersua. Juga tak bertutur sapa. Jarak memang tak pernah lelah memisahkan raga kami. Tetapi jiwaku masih menumbuhkan namanya di suatu ladang berisi cinta. Ya, saya sangat mencintainya.

Ia adalah Putri Malu. Tidak berani bicara dengan abangnya di telepon. Bersembunyi dan dengan langkah-langkah malunya menyambut abangnya yang baru pulang untuk liburan, enam bulan sekali.

Ia adalah Putri Bungsu. Satu-satunya tuan putri di keluarga. Yang dilindungi oleh empat pengawal setianya: abang-abang tercinta. Yang dikasihi “Raja” dan “Ratu”.

Ia adalah Putri Nelly. Adik tercinta kami. Senantiasa menyalakan ceria di rumah sederhana kami. Tidak pernah lupa berceloteh manja.

Saya merindukannya. Ia bersama abang setianya, Aci, mengisi kekosongan yang kami tinggalkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta. Ia adalah putri yang hebat. Setia melipur lara Ibunda yang “kehilangan” dua putranya di tanah rantau.

Tuan Putri kami semakin beranjak dewasa. Saya rindu masa itu, ketika ia masih berjalan tertatih-tatih. Saya ingin mengendongnya kembali, membawanya jalan-jalan ke pinggiran sawah, ke Balee Lupee, ke Keudee (kedai) Mak Pa membeli kue yang ia suka……

Wahai Tuan Putri, tumbuhlah sebagai bunga yang mengharumi agama, keluarga, dan bangsa. Kami selalu menjaga dan mendo’akanmu.

(CaRing 2. Bus 417. 30122011, 19.51)

Sketsa Kerinduan (2)

Sore yang menyilaukan taman
Menghangatkan udara beku
lewat tatapan gadis kecil itu
yang mengerjap-ngerjapkan mata beningnya
serupa telaga bermandikan cahaya

Ahh, cantiknya
Meskipun sekilas berlalu
seiring langkah lelahku yang menjauh
Ingin berteduh
untuk melukis sketsa kerinduan padamu, Nelli.

(STAR 423. Yıldırım Evi, 04122011, 15.59)

*aku merindukanmu, Adik manisku

Bisikan Rindu

: Muhammad Darkasyi Putra & Nelly Jumiliensi Putri

Gemerisik dedaunan membisiki namamu
Berulang kali dari rimbunan rindu
Ingin membelai pipi lembutmu

(STAR 272. Eskişehir, 14072011, 18.56)

Langkah-Langkahmu

: Nelly Jumiliensi Putri

Di celah-celah dedaunan rindu, kuhembuskan namamu, bidadari kecilku. Bawalah kerinduanku bersamamu. Kemanapun kaki lincahmu melangkah, ada doa yang kurangkai menjadi payung peneduh kelelahanmu.

Aku tidak akan menghitung berapa purnama telah berlalu, sementara rinduku menderu jauh ke tanah lembab, asal muasal dari langkah-langkah kecilmu. “Melangkahlah hingga tunas-tunas rinduku menguncup, memekarkan namamu”.

Ada yang menuntunmu, Bidadari kecilku. Yang selalu dekat denganmu. Mendekatlah kepada-Nya hingga langit dan bumi ikut memberikan keteduhan kepada langkah-langkah kecilmu. “A bright future is waiting for you”.

(SeuLanga 38. Eskişehir, 12072011, 12.12)

Maka

: Nelly Jumiliensi Putri

1/
Aku akan memetik senyum ranum di wajahmu
Maka tersenyumlah, biar ia mekar

2/
Sejauh mata menerka wajah cantikmu
Menguncup bunga dalam penantian panjang
Maka tumbuhlah sebagai gadis sholehah

3/
Terbesit cemburu ketika angin membelai pipimu
Jemariku tak kuasa menyentuh lembut kulitmu
Maka tunggulah, abang akan pulang

(STAR 246. Yağmur Evi, 21062011, 00.05)

*I ❤ U my little princess….., take care !

Rindu Jelita

: Nelly Jumiliensi Putri

Gadis kecilku,
Senja masih indah
Seperti rindu yang merekah
Menerka wajah jelitamu

Gadis kecilku,
Tanganku terlalu jauh untuk memeluk
Pandang pun menunduk
Jarak bertambah seiring waktu

Gadis kecilku,
Kubisik rindu yang berdebar-debar
Hingga senja ikut pudar
Tenggelam dalam cakrawala cintaku

Gadis kecilku,
Aku mencintaimu……

(STAR 173. Bus 417, 18052011, 19.57)