Seperti Biasanya

Seperti biasanya
Aku ingin bercerita kepada matamu
Tentang sebuah siang yang begitu terang
Dan rinduku hilang dalam bayangnya,
apakah rinduku telah singgah di dalam matamu yang teduh?

Angin yang berhembus dari kotamu bercengkrama dengan telinga kananku,
Telinga kiri pura-pura tidak mendengar
Dan membiarkan aku kebingungan
dalam memahami kabar yang disampaikannya setengah-setengah,
Adakah sebuah kepastian yang seutuhnya tersampaikan?

Seperti biasanya
Kata-kata mencariku di matamu
Tapi tak ditemukannya aku di sana,
Bagaimanakah cara kamu menyembunyikan cinta?

(STAR 956. Tangerang Selatan, 29022016, 18.28)

Topeng

Kemarin kau berkata;
“Aku perlu bertukar wajah sebentar
Biar orang-orang yang memandang tidak akan menemukan kesedihan.”

Memang selalu ada cerita duka yang belum rampung dituliskan,
masih menggantung di ketinggian perasaan
Padahal mata sudah ingin menampung kata-katanya
supaya dia punya alasan untuk berpura-pura menangisi kehidupan.

Tapi janganlah berduka di hari hujan seperti ini
karena lapisan kesedihan mudah luntur dari wajah langit,
Jangan biarkan keceriaan gugur setelah lelah menemukan kebahagiaan
di balik raut muka yang dibalut duka…..

(STAR 952. Banten, 21122015, 15.52)

Cinta adalah Seorang Ayah yang Sedang Membacakan Puisi bagi Anak-Anak Kesunyian di Hati

:Novel Ayah

Cinta adalah puisi-puisi Sabari
yang kata-katanya tidak bunuh diri
meskipun ditolak dibaca mata Marlena berulang kali…….

Cinta adalah wajah langit sore yang merona jingga
ketika Marlena melihat keluar jendela
dan merindukan Sabari di usia senjanya……..

(STAR 950. Banten, 07122015, 20.21)

Ingin Aku Menjauh dari Puisi tapi Aku Akan Kehilangan Kata-Kata untuk Menyapa Matamu ketika Kita Berjumpa Suatu Hari Nanti

Ingin aku menjauh dari puisi
berteduh di bawah naungan sunyi
bersimpuh di sudut-sudut sepi,
Tapi kata-kata telah menyuruhku pulang ke dalam mata kalian
yang terang membaca kehidupan.

Ingin aku menjauh dari puisi
berlabuh di pulau sepi
kemudian berteduh sendirian di bawah langit bulan juni agar diguyur hujan dan disambar kenangan.

Ingin aku menjauh dari puisi
tetapi kata-kata mengajakku bertamu ke dalam matamu,

lalu aku diam-diam bermalam di mata itu;
di bawah langit yang tak menyalakan gemintang
tapi bisa terang bercahaya,

apakah cahaya itu lelampu rindu?
yang hanya bisa dinyalakan dari kejauhan
dan dipadamkan dengan dekat sentuhan?

Di bawah langit yang tak memejam itu
aku terdiam;
ini mata menyihir malam lewat tatap sayunya
yang sorotnya menggapai ketinggian bulan
sehingga malam mulai menyulam benang-benang mimpi
sebagai selimut pagi yang mengabut di pucuk-pucuk daun muda yang baru saja mekar di puncak bukit sebuah daratan tinggi.

Di antara langit yang dihimpit perasaan-perasaan rumit;
ada gerimis. ada hujan. dan ada tangis perempuan.
Tapi tak akan kurelakan kau bersedih sendirian.

(STAR 949. Banten, 23112015, 20.03)

Aside

Sebuah Balon Udara yang Terbang Menuju Langit Bergerimis

Ingin aku menjauh dari puisi;
lari dari keraguan kata-kata yang mencari makna diri di mata pembaca yang telah dijatuhkan cinta berulang kali
yang terharu memberi arti pada cinta kelirunya;
”Cinta adalah gugurnya bebaris gerimis
dari langit hati
demi menghapus beberapa baris kalimat sedih
yang terlanjur ditulis oleh seorang gadis.”

Ingin aku menjauh dari puisi
berlari dari kata-kata yang belum pasti kebenaran maknanya
tapi telah berani menulis arti cinta yang sebenarnya;
”Cinta adalah sebuah balon udara
yang diisi kekosongan dan keajaiban tak terlihat
yang ringan saat terbang tapi sangat berat ketika dilepaskan tangan.”

Ingin aku menjauh dari puisi
tetapi puisi telah mendekatkan aku dengan kamu
sudah merekatkan namaku dengan namamu dalam satu baris kalimat sedih
sehingga kita tak bisa berpisah dengan tersenyum senang
atau bertepuk tangan melepas balon udara itu dari genggaman…………

(STAR 948. Banten, 04102015, 22.45)