Aside

21

Putri, barangkali jarak terdekat kita
adalah antara dua kata asing
yang saling menyapa dengan heningnya masing-masing
yang sering dibaca mata secara bergantian demi menemukan makna terselubung
dalam sebaris judul puisi yang belum rampung

Di usiamu yang ke-duapuluh-satu
aku tak mampu mendekatkan dua kata itu
atau merekat huruf-hurufnya jadi satu,
ah, biar saja mereka dipisahkan sebuah spasi
agar ada tempat buat kata lain yang mungkin ingin diletakkan oleh Sang Penyair
sebagai terjemahan makna takdir

Di usia kesekian yang bertambah banyak
akankah kutemukan dirimu di dalam sajak yang bijak mengajak mata
untuk membacanya dengan perlahan-lahan;
tak perlu takut diburu waktu yang dulu membiakkan ragu di tubuhmu

Memang sengaja kutulis puisi ini di lini masamu
di detik-detik terakhir keberangkatan angka 21 dari kalender kotamu
meskipun kata-kata sudah berbaris sangat lama di kotaku
sejak kedatangan hari di tahun yang mengulang kelahiran dan memulangkan kenangan,
biar kata-kata mengantar kepergian yang sebentar dan juga menyampaikan kabar
bahwa perayaan hari ini belum juga selesai
sebab di kehidupan masih banyak peristiwa dan rahasia
yang perlu dirayakan dengan senyuman
sehingga tak sia-sia menjadi sisa kenangan

Demi tahun-tahun yang selamat mengulang kelahiran dan sempat memulangkan kenangan, kuucapkan
”Selamat ulang tahun” hanya untukmu.

(STAR 934. METU, 21042015, 19.30)

Aside

Ode Kerinduan (II)

:Ran Jr

selalu ada rindu yang gagal diterjemahkan mataku yang jauh
padahal ada waktu yang menganjal jarak agar kita tak dekat

kuantar rindu yang sabar memberi kabar
semenjak kata-kata lupa berbicara pada kita, apakah kau mau mendengar?

pada sebuah jarak yang tak bisa kau sentuh
ada kerinduan yang ingin berlabuh
pada sajadah basahku ketika separuh usia tubuh telah luruh……

(STAR 914. METU, 06012015, 19.54)

Tinggal Kata-Kata

ketika maut menjemput
kita terpaksa berangkat tanpa sempat berduka bagi diri sendiri

pasti kita ingin menangis sejadi-jadinya
tapi tak ada lagi setetespun air mata yang tersisa untuk berduka

pasti kita ingin meraung sekeras-kerasnya
tapi tak ada lagi secuilpun suara yang tersisa untuk mengucapkan kata duka

ketika maut menjemput
kita terpaksa berangkat tanpa sempat berduka bagi diri sendiri

kita tak bisa kekal selama-lamanya
karena ada ajal di dunia
kita tahu itu, kita selalu tahu
tapi tak perlu bertanya kenapa lupa meninggalkan kata-kata sebagai pengganti suara dan air mata

sebab kita manusia;
si pelupa yang mengingat percakapan kematian dengan dirinya

(STAR 909. METU, 08122014, 17.50)

Kabar Dukamu

:my best friend ever, also as my brother

kabar dukamu itu baru saja kuterima,
pertama-tama ia menggetarkan tubuh ponselku (hampir saja ia terjatuh dari tangan gemetarku)
lalu seluruh kesedihan tumpah dari mata kata yang berlinang air matamu;
ia mengalir jauh ke kelopak mata puisiku yang terlambat menampung tetes-tetes maknanya

(STAR 908. METU, 08122014, 16.02)

Ode Kerinduan (I)

:Ran Jr

Kita tak pernah kehabisan kata,
kita hanya kehilangan masa
untuk menyampaikan kata yang lama tersimpan
sebagai untaian kerinduan.

Kita pernah berteman dengan sejumlah kata sifat yang tak punya kerja lain selain bermain dengan perasaan yang sebelumnya tak kita kenal
tetapi kita telah duluan berkawan dengan kerinduan yang kekal
yang setia menerjemahkan bahasa kata sifat
sehingga dengannya kita juga bisa bersahabat.

(STAR 902. METU, 16112014, 10.57)

Surat Kerinduan

di dalam saku baju hitamku
ada surat yang melipat jarak panjang antara kau dan aku,
maukah kau baca kalimat-kalimatnya yang singkat tapi memuat banyak kata kerinduan yang tak sempat kuucapkan itu?

(STAR 901. METU, 13092014, 18.45)

Yang Mencintaimu Adalah Aku

:my future princess

mencintaimu adalah menjadi aku yang ingin seperti hujan
ketika kau menjadi ladang gersang yang ingin menumbuhkan

mencintaimu adalah menjadi aku yang ingin seperti langit malam yang bergemintang
ketika kau menjadi rembulan yang terang sendirian dan terkadang kesepian

mencintaimu adalah menjadi aku yang ingin seperti angin bertiup perlahan
ketika kau menjadi laut berombak yang tak henti-hentinya menghempaskan kerinduan pada tepian

(STAR 900. METU, 13092014, 18.20)

Rumah Bayangan

sia-sia menjauh dari kerinduan ini, Ibu

matahari terik siang ini melahirkan bebayang rumah yang menghadang langkah kakiku.

jangan khawatir Bu,
meskipun jauh aku masih punya rindu yang sama sebagai pintu masuk ke dalam rumah bayangan itu

dan tubuhku bisa berteduh dari penat yang sungguh sangat menyengat tanpa sentuhmu.

jangan khawatir, Bu
meskipun wajah langit cemas membiru,
aku selalu punya rindu
untuk pulang ke rumahmu setiap waktu.

(STAR 862. METU, 22052014, 18.40)

Hujan Sepanjang Jalan

hujan mengguyur pepohonan, membasuh dedaunan,
tubuhnya menggigil kedinginan.

hujan mempercepat pelarian langkah ke tempat yang tak basah,
kakinya menjuntai sampai ke tanah.

hujan mencintai rambutmu yang tergerai menyambut kejatuhannya yang utuh,
tangannya melambai dari ketinggian sebelum menjadi rinai yang tersentuh.

(STAR 860. METU, 05052014, 17.13)

Seseorang di Dalam Mataku Sedang Merindukanmu

tatap mataku
tangkap rindu yang haru
sebelum kupejamkan segala rahasia
sebelum kubenamkan ia dalam air mata

(STAR 826. METU, 09012014, 17.49)

Di Ankara Ada Angin Berselimut Kabut Dingin

jangan bertamu ke kota ini di malam larut
sebab angin berselimut kabut dingin
sangat pandai berkeliaran
amat lihai berkejaran dengan langkah kakimu,

ia tak luput mencabut kehangatan tubuhmu
meskipun telah kau balut sepenuh tutup.

(STAR 825. METU, 09012014, 14.13)

Benih Hujan

kupikir kau lahir dari rahim musim hujan;
dari titik-titik dzarrah menjadi rintik-rintik basah.

kukira kau lama diperam langit yang rindu
hingga ia mendung; mengandungmu
tapi terpaksa menggugurkanmu lagi
sebab kau tak berwajah biru.

rupanya tuhanku yang menanam benihmu!

(STAR 824. METU, 09012014, 10.42)

Aku Berlindung dari Sorot Matamu yang Tajam Menusukku Diam-Diam

langit yang tak terpejam kadang-kadang
merajam mataku dengan sejuta kerlip gemintang; penuh sayatan luka,

dengan matahari yang pura-pura mengambang tenang di kejauhan yang entah batasnya,
ya, matahari bermata kejam itu selalu melepas panas ketika gugusan awan menghilang
tak peduli pada mataku yang telah lelah tak memejam semalaman.

(STAR 822. METU, 07012014, 16.21)

Sudah Kupasrahkan Kau Merimbun di Tanah Kebun Hijau

yang tak pernah punah di puisi ini adalah sepotong rindu yang menua setelah dibopong waktu

sekian lamanya…….

(STAR 806. METU, 18122013, 17.49)

Kabar Angin

ini malam sudah genap memendam dendam
hingga waktu tersulam sempurna menjelma sebuah perangkap:

bersiap menangkap
kabar dari angin yang sabar meniup keinginan-keinginan kosong
yang terdengar sebagai sepotong kepastian yang kemudian
berebut tempat dalam sehalaman koran pagi yang hangat

(STAR 805. METU, 18122013, 12.47)

Meskipun Sebaris Kau Sangat Manis

:my future princess

kutulis kau dalam sebaris sajak manis tanpa setitik gula tanpa seiris titik koma

(STAR 804. METU, 10122013, 14.03)

Menjelang

”Winry, detik-detik menjelang keberangkatan menggelitik ingatan tentang perpisahan yang bergegas datang. di bibir kata-kata tertahan sendiri. sementara gemuruh suara kereta mendekat dalam laju waktu yang merambat.”

 

 

”Ed, tak ada yang bisa menahan keberangkatan, bukan? tidak juga sebuah pelukan. kita hanya saling melempar senyuman. telah kuriwayatkan segala kekhawatiranku padamu di bangku dingin stasiun ini sebelum besi tua rel itu bergetar sampai menggetarkan sesuatu di dalam dada.”

 

”Winry, kuayunkan langkah perlahan-lahan. sebab berbagai kecemasan menahan laju perjalanan. aku belum selesai merampungkan kalimat perpisahan. aku ingin…..”

 

(STAR 739. METU, 23052013, 18.50)

Surat untuk Sahabat (3)

fragmen ketiga!

 

dan aku pernah terdiam

bersungguh-sungguh bungkam

sebab kau membiarkanku tenggelam

sendirian dalam

laut kerinduan yang kelam.

 

kau hanya menjadi langit pada musim-musim tertentu

sehingga aku sering kehilangan sesuatu

seperti kalimat-kalimat bertanda tanya dalam surat lama yang tak tersentuh matamu.

 

(STAR 738. METU, 20052013, 20.42)

Surat untuk Sahabat (2)

fragmen kedua!

 

dalam keterasingan kita

aku menjadi kebisingan kata

yang bersuara jauh ke dasar samudra;

tempat sepasang kesepian yang mati sia-sia.

 

aku tak pernah melayat

kematian di ujung kalimat

yang terlanjur membujur kaku dalam sepucuk surat.

 

biarkan kematian itu hidup sekali lagi dalam kerinduanku.

 

(STAR 737. METU, 20052013, 19.52)