Sajak Akhir Tahun

yang dingin di cermin malam ini
bukan wajah angin.

kematian membayang tenang.

angin musim ini hanya sepintas melintas
tak membekas.

sia-sia merayakan pergantian angka ganjil yang genap menahun.
yang ganjil itu bukan angin berjubah gigil
tapi kembang yang merekah merah di tengah-tengah kota yang lupa
menghitung maju angka-angka.

(STAR 814. Aydınlıkevler, 31122013, 20.21)

Cuma Sekadar Tawa

kami masih tertawa,
tawa itu kekasih setia.

dan kami masih akan tertawa,

tawa itu
paling kekal dalam ketiadaan kata
dan mengekalkannya.

tawa itu
saling kenal dalam keterasingan bahasa
dan mengenalkannya.

tawa masih terdengar
dari yang samar sampai yang besar
tak benar-benar usai ia
kita bisa memulainya kapan saja.

(STAR 813. Hisar Evi, 30122013, 21.37)

DaMar 29

langkah tegap
tak menetap lama-lama
di bawah atap yang sama

sisa usianya tak mengendap di ranah tua.

sebuah perjalanan jauh tak pernah lengkap
tanpa sepasang sayap rindu yang tumbuh
yang sigap terbang memulangkan setiap ratap sia-sia.

adalah langkahmu
yang menjauh dari rengkuh ragu

sangat mantap bersitatap dengan keterjauhan, berharap segera berkawan dengan segala keterasingan.

adalah aku
yang berpuisi mengisi sisa waktu;

waktu yang sia-sia menggenapkan usia kerinduanku
padamu.

(STAR 812. Dışkapı, 30122013, 18.14)

Hidangan Senja

:Ikamaters Ankara

pada ingatan masing-masing
kita saling simpan lekat-lekat
kebersamaan terhangat,
jabat paling erat,
sangat dekat kita bertukar kabar,
berkelakar tanpa gusar

bersama hidangan senja ini ada kenangan lama tersaji

kisah duka yang tumpah bukan lagi luka sendiri, bukan sayatan rindu pada sebuah nama

seperih apapun kata-kata dikenang,
dengan tawa panjang
kita bagi sama rata,

dengan letih masing-masing kita datang,
kita bagi sama rata,
kita pulang dengan saling berkata girang.

(STAR 811. Yasir Evi, 28122013, 23.41)

Smong

Kami pernah takluk pada amuk rasa takut yang menusuk-nusuk bersama aroma busuk

berbulan-bulan lamanya kami berteman dengan kehilangan paling akut

bertahun-tahun sesudahnya rasa takut tak lagi tersulut.

(STAR 810. Çankaya, 28122013, 14.54)

Alangkah Rindu Anakmu, Ibu

/1/
engkau biarkan aku membesarkan inginku
engkau biarkan tubuhku jauh dari rengkuhmu
agar aku bersungguh-sungguh merindukanmu, Ibu.

/2/
wahai dirimu yang berlayar seluas aku,
biarkan aku tenggelam dalam rasamu
meskipun aku tak mampu menyelam sedalam samudra kasihmu.

/3/
tak berkesudahan engkau meluruskan arah hidupku
sementara dengan tingkah salahku
aku terus menerus menambah kerutan gelisah di wajah lelahmu.

/4/
Ibu,
tak bosan-bosannya aku membaca guratan waktu di wajah tabahmu.

/5/
sekarang kita dipisahkan lautan.
kedua mata berpaling semu, saling tak temu, hanya tatap menatap di ruang rindu.

(STAR 808. Hisar Evi, 24122013, 12.34)

Ini Puisi Bukan Kau dan Aku Sebab Kita Tak Menjadi Satu

ini puisi bukan pelengket rasa,
ia sederet kata yang menyeret kita dari kota ke kota
dari sebuah masa ke masa setelahnya.

ini puisi bukan penyayat hati,
ia riwayat yang terpahat rapi sebagai sekerat nasihat pasti.

(STAR 807. Hisar Evi, 20122013, 22.18)

Sudah Kupasrahkan Kau Merimbun di Tanah Kebun Hijau

yang tak pernah punah di puisi ini adalah sepotong rindu yang menua setelah dibopong waktu

sekian lamanya…….

(STAR 806. METU, 18122013, 17.49)

Kabar Angin

ini malam sudah genap memendam dendam
hingga waktu tersulam sempurna menjelma sebuah perangkap:

bersiap menangkap
kabar dari angin yang sabar meniup keinginan-keinginan kosong
yang terdengar sebagai sepotong kepastian yang kemudian
berebut tempat dalam sehalaman koran pagi yang hangat

(STAR 805. METU, 18122013, 12.47)

Meskipun Sebaris Kau Sangat Manis

:my future princess

kutulis kau dalam sebaris sajak manis tanpa setitik gula tanpa seiris titik koma

(STAR 804. METU, 10122013, 14.03)

Musim Dingin Tahun Ini (16)

angin malam ini berjalan sempoyongan
karena kedinginan
ia terbatuk-batuk ke segala arah

banyak bercak bersih di pepohonan
dan serbuk-serbuk putih menumpuk di jalan-jalan

(STAR 802. Hisar Evi, 07122013, 21.27)

Musim Dingin Tahun Ini (15)

siapa yang sibuk menyulap senyap jadi serbuk-serbuk mengkilap

dingin malamkah?
tanyaku

”bukan, langit yang rindu”, katamu

(STAR 801. Hisar Evi, 07122013, 21.16)

DaMar 28

Air matamu yang mengucur
telah mengalir penuh syukur

Rintik hujan yang meluncur deras siang itu
masih membekas di sekujur tubuh jalan yang membentang jauh
ketika kau melintas tenang di atasnya

Tulus niatmu tak terbendung
seperti gugus awan Nimbostratus yang mendung
dan turun perlahan-lahan
untuk mencurahkan hujan

Begitulah hujan tercurah
dan kasih sayang-Nya melimpah ruah
sehingga kau tahu kekhawatiran itu
bukan menyingkapkan kemarahan dari sikap kekonyolan

(STAR 800. Hisar Evi, 06122013, 21.13)

Sajak Manis

:my future princess

kutuliskan sajak manis untukmu, Gadis
di hari gerimis

suatu waktu akan kupastikan kau mengerti
bahwa aku mencintaimu lebih dari sekedar puisi

(STAR 799. Hisar Evi, 040122013, 00.09)

Sepenggal Takdir

kau urung bermurung
padahal langit mendung itu mengurungmu
di hutan belantara terujung

angin dingin bertiup dari pegunungan yang berbaring kehijauan nun jauh di sana,
ia ingin menggulungkan rencana kepergianmu yang sia-sia

diperdengarkannya padamu riuh perjalanannya yang tak berkeluh
agar kau belajar tak mengaduh

bibir dinginnya mengecup kepahitan hidup yang kau sembunyikan
di senyum manismu

tak ada kata terlambat untuk menambatkan keyakinan pada tempat-Nya
meskipun takdir terlanjur menendangmu keluar
dari mimpi sendiri

(STAR 798. Hisar Evi, 010122013, 21.28)

Pemakaman Kata

/1/
jangan kau hirau kecemasan yang berpencar ke luar
dan
jangan kau halau kerinduan yang melesat mendekat

/2/
dingin tak lagi menyusup lewat celah jendela dan pintu
setelah mendesis manis, ia ingin jadi pelapis tubuhku

/3/
kau sembunyikan rindu separuh senja
di wajah kota tua
yang tak meredup dikecup masa

/4/
senyap melesap di udara
yang melahap asap dari api sisa perapian

tak ada suara;
heningnya pemakaman kata

(STAR 797. Hisar Evi, 010122013, 20.36)