Tuhanku, Pada-Mu Aku Berseru

/1/
Tuhanku,
getar rindu itu
saat bibirku beradu nama-Mu
yang desisnya terlantun merdu
dari qalbu,
oh betapa syahdu……

/2/
Tuhanku,
gemetar hasratku
dalam keheningan dan keriuhan, makhluk-Mu
tak henti-hentinya berseru;
mengagungkan nama-Mu……..

/3/
Tuhanku,
dengan rindu dan hasratku
biarkan aku hanya berseru pada-Mu.

(STAR 534. Perçin Evi, 30052012, 23.26)

Sajak Kepada yang Terluka

ada yang terluka,
katanya:
pisau kata terlalu tajam baginya
telah menyayat sepotong makna
yang ujarnya punya dia
yang rupanya disebut cinta

***

dia merintih sebab perih
dia meronta-ronta sebab duka,
padahal aku juga terluka:
tertusuk jarum waktu yang tak henti-hentinya
menggali terowongan luka di dada
yang kian menganga

***

ada yang terluka,
erangnya:
sajakmu terangkai dari berbilah parang
yang hunusnya adalah rayuan gombal
yang pasti mencabik-cabik hatinya si gadis

***

kalau begitu adanya
aku ingin terkapar saja
setelah tertikam sajak-sajak buatan sendiri
yang tak pernah bermata pisau
yang tak dilahirkan sebagai lelaki gombal

***

ada yang terluka,
lalu aku berbisik padanya:

“sajak-sajakku adalah puisi diri
yang mengandung kata dari hati
dan melahirkan maknanya sendiri”

(STAR 533. Perçin Evi, 29052012, 22.42)

Di Penghujung Kesetiaan

: Ran Jr

 

telah tumbuh kesetiaan
dalam usia persahabatan
yang senantiasa mekar di peradaban
kita, sebab kata-kata mengikat jalinan
makna kebersamaan:

“seterang bintang, seharum seulanga…..”

 

***

semua bermula dari sebuah sapa
berlanjut pada saling menyapa:

“bertanya melalui kekaguman
dan menjawab dengan bahasa kerinduan”

 

***

jika pertemuan telah tertulis dengan pena-Nya,
maka perpisahan akan tiba
mengajak salah satu kita pergi
meskipun kita bersatu dalam kata:

s e t i a

 

***

aku ingin tetap setia
meskipun terpisah pada jalinan berbeda.

(STAR 532. Perçin Evi, 29052012, 02.57)

Bersama Kamu

: my future princess

pabila kita bersama nanti,
maukah kamu merayakan sepi
yang berlalu dan sendiri di hari-hari itu
dalam aku tanpa kamu?

tak perlu pesta
tak usah mengundang keramaian
hanya kita berdua saja:
saling mendekap dalam puisi cinta.

(STAR 531. Perçin Evi, 29052012, 02.28)

Redup yang Berdegup

ini terang
sebentar lagi akan hilang
tenggelam bersama petang

kerlip kataku juga redup
ditelan makna sepenuh purnama
yang benderangnya terlalu cahaya
berpendar dari sajak cintamu

oh malam,
betapa kelam tak pernah redup
sementara namanya berdegup
dalam kepekatan aku…….

(STAR 529. Bus 132, 18052012, 20.19)

Kagum

Aku sempat tertawan pada usia kekaguman yang singkat.

Secara tiba-tiba, tak terduga, mataku terpedaya pada keanggunannya di siang itu. Sungguh aku tak berani menatapnya lekat-lekat, hanya sepintas lirikan saja.

Rasa gugup berdegup tak biasanya. Pertemuan pertama pada sebuah kesempatan atau moment spesial ternyata mampu mengubah sikapku di hari-hari berikutnya. Tak karuan hatiku mendenyutkan namanya. Mengaguminya.

Perpaduan antara warna kesukaanku dan gerimis sore itu melukis kisah baru di kanvas hidupku. Rupanya aku terlalu egois dalam merumuskan kisah itu. Tak bertahan lama. Sebab aku salah memaknai kekagumanku itu.

(CaRing 5.  Perçin Evi, 18052012, 12.24)

Payung Hitam

/1/
ini hujan betapa duka
mengguyur kepala para wanita
di negeriku, Indonesia

/2/
rintik-rintik kesedihan
tak berkesudahan
tak pernah reda
sebab tanah negerti ini terlalu gersang keadilan

/3/
rinai hujan ini
tak kunjung membasahi
istana merdeka sebab atapnya terlalu baja
tuk ditembusi rintik-rintik kesedihan
berjuta-juta rakyat jelata

/4/
di luar pagar istana
masih di jalan-jalan yang dulunya
bersaksi atas kemerdekaan bangsa,
para wanita berpayung hitam berdiri dalam kebisuan belantara ibu kota
sebab sejak itu kepala mereka telah diguyur hujan ini
tak henti-hentinya

/5/
ini hujan betapa duka,
ini hujan adalah hujan air mata
yang diperas oleh para penguasa
dengan tangan-tangan bejatnya

(STAR 528. KBRI Ankara, 12052012, 17.13)

Rayuan Belaka

jika ucapanmu adalah retorika
semata, aku tak perlu menerka
kenapa mereka bersayap cinta
setelah disuap dengan kata-kata manja

tak butuh kata-kata
tak perlu maknanya
sebab mereka berpisah dalam realita

(STAR 527. Urfa, 05052012, 21.00)

Ladang Sejarah

sepanjang perjalanan ke Harran
kiri kanan
hamparan tanah merah
menumbuhkan benih-benih sejarah
yang subur hijau
sebab dipupuk dalam ingatan

(STAR 524. Urfa, 05052012, 12.27)

Hujan Merah Jambu

/1/
hujan masih punya sejuta rintik kesedihan
tuk dijatuhkan,
rintik-rintik hujan itu
tumpah di sisiku

/2/
kualirkan serpihan kenangan
dalam genangan air hujan
yang berwarna merah jambu
sebab menampung curahan rasaku

/3/
air hujan diserap pori-pori tanah
yang sejak lama basah
sebab kerinduanku tumpah

/4/
lalu hujan reda
dan tanah itu menumbuhkan cintaku
berdaun merah jambu

(STAR 523. METU, 03052012, 15.30)