DaMar 35

Apakah kamu masih menyukai rinai hujan?
tak ada yang bisa menahan curahan kata dari persahabatan
meskipun kita berteduh di rumah yang berbeda dan
suara-suara tak bisa menyapa.

Hujan masih bisa memberi kejutan yang berlebihan
kepada matamu yang bercahaya menyalakan kehidupan pertama dia bersama ibunda yang telah menyempurnakan cintanya.

Apa kabarnya penyair yang bertutur kata, yang suka diguyur hujan itu?
dia sedang menyelamatkan rindu yang tenggelam dalam malam
setelah berenang lelah menyebrang lautan perasaan seseorang.

Percayalah
dia juga sedang berbahagia
menunggu perahu yang bermuatan waktu yang akan membawanya berlabuh di suatu dermaga yang biru.

(STAR 1016. Banda Aceh, 28122017, 00.17)

DaMar 34

Akhirnya kita bersua
setelah lama kata-kata mencari kita
(atau kita kah yang mencari-cari kata?)

Senyap di mata kita tertangkap mata kata
yang tak mengerjap ketika matamu menatapnya lama
dan ketika di mataku sunyi bersembunyi dari perangkap suara

(STAR 891. Wisma KBRI, 17082014, 15.00)

DaMar 33

dan hujan seakan-akan melenyapkan kesenyapan kita
dengan rintik-rintik rindunya
setelah hening menggelinding dari sebuah sepi ke sunyi yang lain, tanpa suara
tak ada kata-kata yang menyapa.

tetesan hujan mengaburkan mata jendela yang berkaca-kaca
menatap daun jatuh yang ditangkap angin berpeluh hujan
setelah tangkai rapuhnya tak sanggup lagi menahannya lebih lama.

bagai hujan petang ini
yang datang beramai-ramai dari berbagai arah tapi tumpah dari satu ketinggian yang sama,
seperti itulah kata-kata ini tercurah kepadamu dari satu kerinduan yang sama.

(STAR 888. Erkam Evi, 04082014, 01.49)

DaMar 32

/1/
dan rembulan mengambang terang
setelah petang menghilang bersama senja
di langit malam yang terbentang
sebagai atap rindang yang menaungi pemimpi dari kenyataan esok hari

/2/
bulan pernah tumpah di sebuah senyuman,
masih membekas dalam kenangan.

bulan memuntahkan cahaya keperakan
sehingga malam tak memudar padam
seperti ingatan.

/3/
malam menahan kejatuhan rembulan ke dalam matamu yang permukaannya terlampau tenang ketika menampung kemilau cahaya

/4/
kadang-kadang ada kerinduan yang terapung sebentar sebelum tenggelam terlalu dalam ke dasar kolam mataku yang nyalang bercahaya itu

/5/
barangkali di mata kita ada kata-kata tak tersentuh
yang timbul-tenggelam
seperti kesedihan yang muncul-karam di wajah yang lelah dipermainkan waktu

(STAR 882. Erkam Evi, 13072014, 00.19)

DaMar 31

jangan salahkan aku
bila ada yang cemburu
karena kupinjam namamu untuk judul puisiku

aku sengaja menamakannya kamu
karena ia lahir dari pikiranku yang rindu.

(STAR 858. Hisar Evi, 04052014, 23.47)

DaMar 30

kulukis garis gerimis yang melengkung
setelah lelah menulis kata-kata puitis yang tak kunjung
menurunkan hujan buat si gadis berwajah murung.

sebelum biru langit kanvas terkelupas menjadi warna senja
biarkan aku menampung sedihnya
di ruas-ruas lengkung garis putih pelangi
agar hari murungnya
lekas berganti jadi lebih berwarna-warni.

(STAR 828. Hasköy, 14012014, 23.11)

DaMar 29

langkah tegap
tak menetap lama-lama
di bawah atap yang sama

sisa usianya tak mengendap di ranah tua.

sebuah perjalanan jauh tak pernah lengkap
tanpa sepasang sayap rindu yang tumbuh
yang sigap terbang memulangkan setiap ratap sia-sia.

adalah langkahmu
yang menjauh dari rengkuh ragu

sangat mantap bersitatap dengan keterjauhan, berharap segera berkawan dengan segala keterasingan.

adalah aku
yang berpuisi mengisi sisa waktu;

waktu yang sia-sia menggenapkan usia kerinduanku
padamu.

(STAR 812. Dışkapı, 30122013, 18.14)

DaMar 28

Air matamu yang mengucur
telah mengalir penuh syukur

Rintik hujan yang meluncur deras siang itu
masih membekas di sekujur tubuh jalan yang membentang jauh
ketika kau melintas tenang di atasnya

Tulus niatmu tak terbendung
seperti gugus awan Nimbostratus yang mendung
dan turun perlahan-lahan
untuk mencurahkan hujan

Begitulah hujan tercurah
dan kasih sayang-Nya melimpah ruah
sehingga kau tahu kekhawatiran itu
bukan menyingkapkan kemarahan dari sikap kekonyolan

(STAR 800. Hisar Evi, 06122013, 21.13)

DaMar 27

kau kagum pada Langit,
meskipun ia meninggi jauh
langit itu masih bisa menyentuh
binar matamu yang tak meredup ketika sinarnya jatuh

ia selalu bercahaya
dan berbicara padamu dengan kerlip kata
dari gugusan bintang itu

dan dari langit juga
rintik hujan itu menitikkan rindu ke jemari lentikmu
sehingga ada kata-kata yang meluap
dan menggenangi catatan harianmu.

(STAR 790. Hisar Evi, 04112013, 15.02)

DaMar 26

”cuaca penuh rasa”
katamu

barangkali memang begitu
sebab terkadang ia bersikap tak menentu

mungkin ia menyimpan segala curahan
yang nyata,
yang tak biasa,
yang bisa menyentuh dari ketinggian
dan mengusap segala kekhawatiran

ia juga sering memberi kejutan di pergantian hari lalu
ketika ia membiru karena rindu

ah, biarkan rindu itu hinggap
menetap
setiap kali malam datang
membayang

meskipun tanpa setahumu
di luar cahaya rembulan
menahannya dari mengetuk jendela kamarmu

biar ia terlantar
di luar
sebelum rekah fajar
meluruhkannya sebagai tetes embun yang menyejukkan pagimu, DaMar.

(STAR 778. Hisar Evi, 02102013, 16.35)

Dua Tiga

:20 Agustus 2013

/1/
seperti hujan yang berjatuhan
dan awan tak bisa menahannya lebih lama

seperti waktu yang tak mau menunggu
ketika menggugurkan dedaunan usiaku.

/2/
DaMar,
padam segala gelisah itu
setelah nyala matamu
menerbitkan matahari tepat pukul dua belas lewat empat malam tadi

dan aku seperti tertidur di tepian pantai
di bawah nyiur melambai
yang sangat jauh dari keriuhan
dan dari keterasingan.

/3/
puisi merayakan pergantian angka muda
yang selalu menua.

/4/
dan ada rindu yang sama
yang tak pernah berganti usia;
senantiasa muda
selalu mudah jatuh cinta.

/5/
sebenarnya langit tak berwarna

ia tetap terbentang meluas
ketika menerima biru sebagai warna kesedihan
dari matamu.

/6/
umur adalah sumur;
ia seperti terkuras habis
tetapi sebenarnya ia tak akan kekeringan selama-lamanya,
selama masih ada mata air jernih di dasarnya.

semoga saja ada musafir tua
ataupun seekor serigala
yang pulih dahaganya dari mata airku.

/7/
kenapa ulang tahun mesti dirayakan
dengan
menghitung maju
angka satu persatu?

dalam puisi ini
ada sebuah pesta
di mana siapa saja bebas berhitung mundur
dan boleh merayakan ulang tahun yang ke berapa saja.

/8/
Ibunda,
pelukmu selalu dekat dan hangat

kau telah menyalakan lelampu kerinduan
sepanjang jalan yang kutempuh dalam keterjauhan dan keterasingan
dua puluh tiga tahun lamanya.

/9/
kutitip rindu pepohonan pada hijau pegunungan,

mungkinkah ia menjatuhkan daun hijau mudanya
di telapak tanganku?

/10/
adalah kenangan
yang sering tersesat dalam ingatan

sia-sia kau lupakan.

/11/
dalam keheningan kita masing-masing
udara terus bicara
dan kita pura-pura tak mendengarnya

kita hanya menghirupnya
sebagai suguhan untuk berjeda
dari keramaian yang menyesakkan.

/12/
cinta tak pernah mengeluh
meskipun ia sering jatuh
dari mata ke hati,

barangkali itu bukan cinta;
mata yang tergoda dan salah bicara.

/13/
merayakan pergantian
tanpa ada perubahan;

sia-sia.

/14/
”di luar gerimis masih menari lincah”,
katamu

DaMar, barangkali ia sedang merayakan ulang tahunku
bersamamu.

/15/
aku menanggalkan detik demi detik
yang menahun
seperti gerimis yang menjadi rintik-rintik hujan.

/16/
meskipun dedaunan usia tanggal satu persatu
kuncup bunga itu tetap berganti gaun warna-warni
menghias musim semi
di sebuah kota yang sementara kutinggalkan
demi
(sebuah) kerinduan.

/17
di sudut ruang
cahaya remang
tanpa berbayang
sendiri, barangkali seperti aku yang mengenang
cahaya rembulan yang lebih terang.

/18/
lewat tengah malam usia menginjak
angka dua puluh tiga dan kutulis sebuah sajak
meskipun di luar anjing menyalak,

kau baca ia perlahan-lahan
lalu dadamu berdebar tak karuan
bukan sebab ketakutan
tapi karena rindu kita telah bersahutan.

/19/
sepotong rasa tak pernah berhenti berdebar
di kerinduan yang tak sebentar.

/20/
yang lebih dari sajak ini
adalah yang lebih pasti
seperti;

arti pertukaran angka yang silih berganti.

/21/
pernah aku kehilangan sebuah pagi
yang tak bernama

lalu aku menjadi seorang pemberani
yang membungkus matahari
sebagai permen berwarna cerah
untuk si gadis berbibir merah.

/22/
demi merampungkan bait-bait sajak ini
aku menyapa sepi
yang lain semacam hening yang tak bergeming
di reranting
pohon kata
yang pucuknya hijau senantiasa

sebab angin hanya berkisar dan tak benar-benar singgah untuk bersuara sebentar.

/23/
di bait terakhir
perayaan ini tak berakhir

sebab selalu ada pergantian
yang menggilir perubahan.

(STAR 770. Banda Aceh, 29082013, 22.26)

DaMar 25

/1/
rindu itu
seusia kekupu
juga sekuat kepakan sayapnya
yang nantinya mengirim badai dari rimba ke kota;
tak pernah terduga sebelumnya.

/2/
”semangat hari baru
sangat haru”
kataku,

sebab aku baru saja terbangun dari kekosongan puisi diri
yang perlahan kau isi.

/3/
dan rintik hujan
tak berhenti memercik
seperti detik-detik
yang berjatuhan

yang menguburkan dan mengaburkan kenangan di kedalaman waktu dan zaman.

/4/
untukmu
aku bisa menjadi langit lain;
yang hanya bermusim hujan.

/5/
sebelum dedaunan usia gugur
kita bertukar tegur
lalu menyimpan sapa pada sapa yang lain
dan memerangkap senyap pada senyap yang lain.

(STAR 764. Banda Aceh, 01082013, 23.21)

DaMar 24

seguyur hujan
adalah rinai yang berderai, kau kirimkan
dari sebuah langit tak berawan.

adakah langit yang kau kagumi itu
berani menjatuhkan dirinya bersama rintik-rintik hujan yang pucat pasi tak biru?

kedua tanganku basah telungkup;
bercermin pada genangan hujan yang berbayang gugup.

seguyur hujan
adalah rinai yang berderai, kau kirimkan
dari sebuah langit tak berawan.

(STAR 759. Home, 10072013, 06.33)

DaMar 23

/1/

musim hujan

bukan

musim kesendirian.

 

/2/

dan kerinduanku pun berlabuh

pada tempatnya

pada muasalnya.

 

/3/

ternyata kerinduanku juga seperti hujan

yang telah berjatuhan

lalu menunggu siklus tahunan

untuk kembali ke rahim awan.

 

/4/

jangan bersedih Hujan,

kau tak pernah benar-benar sendirian.

 

(STAR 755 . Home, 26062013 , 17.54)

DaMar 22

ia yang bisa mengajarimu bersabar menanti reda

ia yang bisa memberimu kejutan yang berlebihan

ia yang bisa menyentuh hatimu dari ujung jemarimu

ia yang bisa mengalirkan kesedihan dari kedua matamu

ia yang bisa memperdengarkanmu suara keindahaan yang berbeda-beda

ia yang bisa menyapamu dengan bahasa kerinduan yang nyata

ia yang bisa mengecup rata berbagai kecemasan pada sekujur tubuhmu

ia yang bisa mengajakmu berteduh pada keramaian yang menyesakkan

ia yang bisa menjaga rahasiamu dari tatapan matahari yang tak berhenti memelototi

ia yang bisa memberitahumu bahwa pelarian tanpa tujuan adalah sia-sia

ia adalah hujan
yang tadi sore kita bicarakan.

(STAR 751. Yasir Evi, 11062013, 00.21)

DaMar 21

seperti sentuhan pertama pagi
pada mata yang sempat terjerat dalam semburat sepi.

seperti nasihat
dalam isi pesan singkat yang memikat.

seperti sepotong hati
yang tak mesti
selalu menerima yang tak pasti.

seperti kamu yang senantiasa menyalakan
api persahabatan
dari bara kekaguman.

(STAR 747. Çubuk, 08062013, 00.00)

DaMar 20

/1/
ingatan kita dibasahi hujan masa kecil yang belum reda sebelum jeda antar kenangan ada.

/2/
kita dengar suara rintik-rintik hujan
berjatuhan seperti bersahutan
dalam suatu percakapan
yang mesti dirahasiakan.

/3/
di genggam tanganmu, perahu kertas
ingin segera dilepas
untuk menyibak riak-riak kecil
yang dipermainkan hujan masa kecil.

/4/
pabila rindu meluap
dan kita banjir
perahu kertas itu akan kembali
ke tepian kenangan.

(STAR 735. Yasir Evi, 07052013, 17.20)

DaMar 19

kemarin aku ingin bercerita:

/1/
lewat jendela senja
aku melihat cahaya gugur pada lain warna.

/2/
sinar jingga tak tersebar merata
hanya menepi di sudut langit kota.

/3/
tadi siang matahari cerah
menjelang sore cahayanya memerah.

/4/
ketika tenggelam cahaya matahari tak benar-benar jatuh
ia sedang menyentuh yang terjauh.

*

tetapi aku cemburu pada langit kotamu
yang belum senja itu;
yang tabah menurunkan kerinduanku.

*

/5/
kau segera mengirimkan hujan dari langit kata
setelah aku mengabarkan kerinduan pada rintik-rintiknya.

/6/
kuharap hujan itu lekas singgah di larik sajak ini
huruf-huruf sudah banyak yang cekung
bersedia menampung.

(STAR 734. METU, 02052013, 16.52)

DaMar 18

kau bertanya
pada pagi yang hampir terjaga;
siapa yang bercahaya?

pagi yang lama terpejam dalam cahaya temaram
mengerjap-ngerjapkan matanya ke wajahmu yang telah memadamkan malam:

”kau kah yang bertanya
wahai yang paling bercahaya?”

*

meskipun kau dikepung awan mendung
pagi tetap mengenalmu sebagai matahari yang mengapung.

*

pagi tetap memajangmu
dan mengenangmu lewat bayang ilalang yang rebah ke arah barat
ketika ia mengiringimu perlahan-lahan ke tangkup hari,
sebelum ia jatuh tersungkur tanpa perlawanan; membiarkan kau pergi meninggi.

*

pagi tak benar-benar melupakanmu, Matahari,
meskipun ia telah kehilangan namanya sendiri.

(STAR 726. Yasir Evi, 23042013, 00.26)

DaMar 17

/1/
tak ada yang bisa bersembunyi ketika cahaya mulai menyoroti pagi;
satu per satu hening melengking mati.

/2/
mimpi-mimpi berguguran ke halaman pagi
dan kenyataan adalah sebatang sapu lidi.

/3/
rasa kantuk itu tak benar-benar pergi;
ia hanya tenggelam sebentar dalam secangkir kopi.

/4/
di kejauhan ini aku berdiri
sebagai puisi yang berkelip sesekali;
mengisyaratkan rindu dalam kata berkali-kali.

/5/
dan kita adalah dua sahabat sejati
yang enggan bersembunyi dari sorotan cahaya pagi
yang berani menghijaukan mimpi
yang benar-benar menikmati aroma secangkir kopi
yang saling mengisyaratkan kerinduan dalam puisi.

(STAR 718. Yasir Evi, 04042013, 17.07)