“Entahlah. Dia belum percaya kalau Malam bisa selamanya terlelap dalam kelam. Pasti malam pernah merindukan bulan. Atau memimpikan gemintang…”
Dia ingin bertanya kepada Malam. “Bencikah kau kepada terang?”. “atau diam-diam kau mencintai terang…?”
Malam tak pernah meninggalkan jawaban. Ia enggan bersuara. Hening. Mungkin ia sedang asyik bermain dengan Temaram…
Biarlah. Sebentar lagi Malam akan hilang, ditelan keramaian. Mengalah kepada Terang.
(SeuLanga 17. Yağmur Evi, 29122010, 23.00)