Kau datang membawa senyuman
serta sepotong harapan
Ketika derai-derai hujan
Berhenti membasuh penyesalan
Aku bertanya, heran
Ada apa gerangan
Kau selalu datang, mengulur tangan
Padahal ketika rinai-rinai
masih berderai
Aku telah memenggal kepalamu
Aku telah membunuhmu
Aku pembunuhmu
Sadarku hilang dalam uluran tanganmu
Aku membiarkanmu tergeletak dalam basahan
rinai-rinai penyesalan
Lihatlah
Jejak-jejakku masih basah
Pisau itu pun masih berdarah
Tak mampu kuhilangkan
Seperti hilangnya harapan-harapan
Tapi
Kau masih menghampiri diri ini
Kenapa??
Maka mendekatlah kesini
Bunuhlah aku
Dengan pisau itu
Dengan tanganmu
Dengan apa saja
Aku tak peduli
Aku hanya mau mati
Kau berhenti
Jarak kita hanya beberapa senti
Aku telah lelah, pasrah
Maka bunuhlah aku !
Kau pun berkata :
“aku benci kamu
aku muak dengan kelalaianmu
aku mau membunuhmu”
Aku memejamkan mata
Maut bersiap-siap merenggut nyawa
“Tapi aku tidak bisa membunuhmu
Tuhanmu menyuruhku
untuk memberimu sepotong kesempatan
dan sejuta harapan”
Air mataku berderai
menjadi rinai-rinai
“Bangkitlah
Terimalah uluran tanganku
Terserah
Jika kau membunuhku lagi”
Tapi
Kenapa, kenapa ??
“Karena Dia sangat mencintaimu”
*untuk si WAKTU yang kubunuh*.
(STAR 113. Zafer Evi, 25112010, 14.57)